Untukmu Dik…
Dik…
Dalam bait senja
Namamu mengalun bersama desir
Pelan menelusup
Dik…
Saat kuncup bermekar
Jagalah ia agar tak layu!
Dik…
Berbagilah bahagia!
Sisakan kedamaian!
Karena kau tahu Dik
Di luar sana, banyak orang yang tak mengerti :
apa bahagia
bagaimana damai.
Dik…
Selalulah menebar kebajikan
Sekecil apapun
Dawam-kan menyebar kebaikan
Seringan apapun
Dik…
Dalam bait senja
Kakak menagabarimu
Mengirimimu rabithah
Menghadiahimu munajah
Dik…
Saat kau buka jendela pagi –esok lusa-
Lihatlah!
Bunya itu bermekar
Mentari menghangat
Burung riang bernyanyi
Air menggericik syahdu
Embun menetes takjzim
Kau tahu kenapa
alam menyambutmu ramah
Menjamumu mewah?
Semua itu balasan atas kebajikan, kebaikan, ke-arifan dan kebijakkan yang kau tanam, kau rawat. Kau pegang erat.
Itu buah manis ketulusanmu, Dik.
Dari ujung terpencil ini kulantunkan larik-larik harap. Juta-juta cita. Untukmu Dik. Untukmu.
Engkau… Bagian tak terpisahkan dalam hidupku :
Meski walau, mungkin kau tak pernah menganggapku berharga
Meski walau, mungkin suatu saat kau tak mengingatku lagi
Ingat itu Dik!
o Teruntup siapapun yang ”pernah, sedang atau akan” menanggapku kakanknya. Sungguh kakak bukan apa dan bukan siapa. Kakak hanya lelaki sederhanan yang mencoba mengukir jejak hari. kakak pribadi penuh noda, sering khilaf. Bagaimanapun terimaksaih telah menganggapku kakak. Jujur kakak bukan sosok kakak yang baik buat kalian. Tapi percayalah kakak selalu berdoa semoga kita selalu menjadi manusia yang lebih baik.
Kakak menyayangi kalian
Seperti bintik sinar, walau redup tapi menerang-kan
Kakak mencintai kalian
Seumpama bintik air, walau setetes tapi menyejukkan
Kakak mengasihi kalian
Selayak bintik kata, sederhana tapi bermakna.
Kakak menaruh berjuta harap untuk kalian
laksana bintik buih, pelan tapi menggelegar.
***
Ditulis di sudut sepi
Medio April
Trima kasih untuk kalian yang “menganggapku” kakak. kakak sepupu lah, Kakak kelas lah, kakak nongkrong lah, kakak umur-lah, bahkan mungkin kakak angkat (hoho, emang ada yang mau?) kakak tiri (Bit, Engga ketang, ga mau!) atau kakak “hati”, eh yang terakhir bercanda ding! Masakah ada kakak hati ya, hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar