Menu

20.11.14

KATA BIJAK TERE LIYE







KATA BIJAK TERE LIYE


Ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah-satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. Saat melihat gumpalan awan di angkasa. Saat menyimak wajah-wajah lelah pulang kerja. Saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. Dengan pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula. Memberikan kebahagiaan yang utuh – yang jarang disadari – atas makna detik demi detik kehidupan.”
--Tere Liye, novel 'Sunset Bersama Rosie'

“Kau tahu apa yang disebut dengan 'menangis dalam tidur'. Kalian memang tertidur, tapi menangis dalam mimpi. Kalian memang tertidur, tapi hati tetap terisak sendu. Menyakitkan melihatnya, apalagi mengalaminya sendiri."
--Tere Liye, novel Sunset Bersama Rosie

Kata Bijak Tere Liye
“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu"
--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah'.

“Apalah namanya ini? Disebut apakah perasaan ini? Kenapa hatiku macam sayuran lupa dikasih garam, hambar, tidak enak, tidak nyaman? Atau seperti ada tumpukan batu besar di dalamnya, bertumpuk-tumpuk, membuat sempit. Atau seperti ikan diambil tulangnya, kehilangan semangat.”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah". yeah, galau-ers teriakkan 'gw banget'.

Kata Bijak Darwis Tere Liye
"Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu selalu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian yang menyakitkan itulah yang abadi."
-- Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di WajahMu
“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.” 
-- Tere Liye, novel 'Daun yang jatuh tak pernah membenci angin'

“Selamat pagi, bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”
-- Tere Liye, novel Sunset Bersama Rosie

"Dua puluh tahun dari sekarang kau akan lebih menyesal atas apa-apa yang tidak pernah kau kerjakan dibanding atas apa-apa yang kau kerjakan." 
-- Tere Liye, novel "Senja Bersama Rosie"
"Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya." 
--Tere Liye, novel 'Sunset Bersama Rosie'
“Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, dan waktu, waktulah yang akan selalu menepati janji menjadi obat terbaik.” 
--Tere Liye, Ayahku (bukan) Pembohong

“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.”
—Tere Liye (Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah)

“Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan.”
— Tere Liye – Kau,Aku,dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.” 
― Tere Liye, Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah

"Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."
--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"


"Banyak sekali orang-orang yang jatuh-cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk sekali, sampai lupa keluarga sendiri, teman sendiri. Padahal, siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru."
--Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah, Tere Liye



“Ya, Zalaiva, cinta sejati itu seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikit sekali yang benar-benar pernah melihatnya. Atau boleh jadi tidak pernah ada.”
--Berjuta Rasanya, rilis April/Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar