Menu

14.11.14

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DI KELAS X SMAN 1 DAYEUHLUHUR






PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DI KELAS X SMAN 1 DAYEUHLUHUR


 PRITO WINDIARTO
2108090225
3 F

PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
     Menulis merupakan salah satu komponen dari empat komponen keterampilan berbahasa. Tarigan (2008:1) merinci empat komponen keterampilan tersebut sebagai berikut :
1.      Keterampilan menyimak (listening skill)
2.      Keterampilan berbicara (speaking skill)
3.      Keterampilan membaca (reading skill)
4.      Keterampilan menulis (writing skill)
      Setiap keterampilan tersebut saling terkait satu sama lain. Dalam pemerolehan bahasa kita biasanya memulai urutan yang teratur, ketika kecil kita mulai belajar menyimak, kemudian belajar berbicara untuk selanjutnya belajar membaca dan menulis. Tarigan (2008:1) menyebutnya catur tunggal.
      Dalam peradaban modern dewasa ini keterampilan menulis sangat penting dikuasai. Fungsi tulisan sebagai alat komunikasi amat terasa, Media masa berkembang cepat, baik cetak maupun internet. Perihal pentingnya menulis tersebut, Tarigan (ibid:4) menyebutkan keterampilan menulis merupakan suatu cirri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
        Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran menulis cerita pendek merupakan salah satu pembelajaran yang ada di kelas X. Pada pembelajaran ini siswa dituntut mampu mengekpresikan (membuat) karya sastra berupa cerita pendek.
      Mengenalkan karya sastra kepada siswa sehingga siswa dapat mengapresiasi dan mengapresiasi karya sastra. Mengenai apresiasi sastra S. Efendi (dalam Aminudin 2010:35) mengungkapkan, “Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh  sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis  dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
       Adapun kegiatan ekspresi sastra  berarti siswa dituntut aktif memproduksi (menciptakan) karya sastra itu sendiri. Dalam pembelajaran menulis cerpen artinya siswa dituntut untuk bisa menciptakan (menuliskan) cerita pendek.
       Namun dalam kenyataannya di lapangan. Menurut hasil penelitian Dewi Susana (2010:1) para siswa belum mampu menulis cerita pendek dengan baik. Banyak kendala yang dihadapi diantaranya karena kurangnya perbendaharaan kata, kurangnya kreatifitas dalam penuangan ide/gagasan dan kurangnya minat (rasa malas)
      Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka penulis mencoba menerapkan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur.
       Pendekatan ini diambil dengan harapan siswa beroleh motivasi dan kemudahan dalam menulis cerpen, karena lewat pendekatan ini cerpen yang ditulis berkiatan dengan dunia nyata siswa. Hal ini sejalan dengan pengertian pendekatan kontekstual menurut  Sanjaya (2009:255),
       Pendekatan Kontekstual (Contexual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nayata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

        Dengan penerapan pendekatan kontekstual ini diharapkan  kemampuan siswa menulis cerpen meningkat.

1.2.   Rumusan Masalah
1)      Bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur?
2)      Bagaimanakah perubahan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

1.3.  Tujuan
1)      Ingin mendeskripsikan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur.
2)      Ingin mendeskripsikan perubahan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

1.4. Manfaat penelitian
1)      Bagi guru
Dengan penelitian ini guru dapat beroleh gambaran mengenai langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan pendekatan kontekstual. Selain itu guru juga bisa meliahat sejauh mana perubahan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen setelah menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5. Hipotesis
1)      Hipotesis A
Terjadi perubahan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur setelah menggunakan pendekatan kontekstual.
2)      Hipotesis 0
Tidak terjadi perubahan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek di kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur setelah menggunakan pendekatan kontekstual.



LANDASAN TEORI

2.1. Pendekatan Kontekstual
       Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari” (Masnur, 20017 : 41)
     Pembelajaran dengan metode kontekstual melibatkan tujuh kompenen utama, yaitu (1) Contruksitivime (kontruktivisme, membangun, membentuk), (2) Questioning (bertanya), (3) Inquiri (menyelidik, menemukan) (4) Learning Community (masyarakat belajar) (5) Modelling (pemodelan). (6) Reflection (refleksi atau umpan balik), (7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)” (Masnur, 2007 : 43)

2.2.  Menulis
Menulis merupakan salah satu dari kompenen keterampilan berbahasa, selain menyimak, berbicara, dan menulis.
Menurut Tarigan (2008,22), “menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.”
Yudibrata (1997:21) menyatakan bahwa, “menulis adalah mengekspresikan gagasan, perasaaan, pengalaman dengan menggunakan bahasa tulis sehingga menjadi tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca sesuai dengan tulisan yang sudah diberikan penulisnya.”

2.3.   Cerita Pendek
     Batasan (pengertian) cerita pendek sebagai sebuah karya sastra cukup banyak. Cukup sulit untuk membuat batasan yang benar-benar tepat. Berikut adalah pengertian cerpen menurut beberapa ahli.
     Menurut  Edgar Allan Poe, (dalam Jassin 1961:72) cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2010:10).
     Sementara Rani, (1996:276) menyatakan, cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas.  
     Dalam bukunya berjudul Anatomi Sastra (1993:34), Semi mengemukakan: cerpen ialah karya sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.


METODE PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu  Penelitian
1.    Tempat Penelitian
      Penelitian terhadap penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek ini dilaksanakan  di kelas x SMAN 1 Dayeuhluhur
2.    Waktu Penelitian
     Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 , tepatnya pada bulan Mei 2012.

B.    Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Peneliti melakukan survey ke SMA ………… yang menjadi objek penelitian lalu melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa yang diakibatkan oleh proses pembelajaran. Analisis ini mencakup observasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.

C.    Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
      Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Dayeuhluhur Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Dalam penelitian ini  tidak seluruh populasi yang telah disebutkan akan diteliti. Dalam Penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample). Teknik ini diambil dengan pertimbangan keterbatasan peneliti meneliti seluruh populasi.  Dalam penelitian peneliti  ini mengambil sampel siswa kelas X B sebanyak 40 siswa. Pengambilan sampel di kelas X B didasarkan karena kelas B memiliki karakteristik (ciri-ciri) yang menggambarkan secara umum untuk karakteristik keseluruhan kelas X. Diantaranya, tingkat pemerataan intake siswa, selain itu juga tingkat kekatifan dan moral kelas yang heterogen menggambarkan kondisi kelas X.

D.    Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah penggunaan qoessioner atau angket. Angket ini berisi pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek penelitian yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian. Angket ini diperlukan untuk memperoleh data berupa respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan pemanfaatan multi media pembelajaran berbasisi TIK.

E.    Analisis Data
Dalam penelitian ini kegiatan analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan. Dari data yang terkumpul kemudian dianalis dengan cara (1) mereduksi data, (2) display data, (3) kesimpulan dan verivikasi.


B. Kajian Teori
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari” (Masnur, 20017 : 41)
Pembelajarab dengan metode kontekstual melibatkan tujuh kompenen utama, yaitu (1) Contruksitivime (kontruktivisme, membnagun, membentuk), (2) Questioning (bertanya), (30 Inquiri (menyelidik, menemukan) ((4) learning community (masyarakat belajar) (5) Modelling (pemodelan). (6) reflection (refleksi atau umpan balik), (7) authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)” (Masnur, 2007 : 43)

B. Menulis
Menulis merupakan salah satu dari kompenen keterampilan berbahasa, selain menyimak, berbicara, dan menulis.
Menurut Tarigan (2008,22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Yudibrata (1997 : 21) menyatakan bahwa, “menulis adalah mengekspresikan gagasan, perasaaan, pengalaman dengan menggunakan bahasa tulis sehingga menjadi tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca sesuai dengan tulisan yang sudah diberikan penulisnya.
d. Cerita cerpen
1.      Pengertian Cerita Pendek
Batasan (pengertian) cerita pendek sebagai sebuah karya sastra cukup banyak. Cukup sulit untuk membuat batasan yang benar-benar tepat. Berikut adalah pengertian cerpen menurut beberapa ahli.

Menurut  Edgar Allan Poe, (dalam Jassin 1961:72) cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2010:10).
Sementara Rani, (1996:276) menyatakan, cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas.  
Dalam bukunya berjudul Anatomi Sastra (1993:34), Semi mengemukakan: cerpen ialah karya sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar