Menu

2.12.14

MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA






>
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA



BAB I
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA
PENGAJARAN MEMBACA BERDASARKAN TUJUAN


1.1  Tujuan Pengajaran Membaca
Upaya untuk memanfaatkan keterampilan dasar dan tujuan tertentu sebagai sarana untuk meningkatkan pengajaran membaca jelas mmerupakan kecenderungan yang positif. Alasannya antara lain:
a.       Pengenalan aneka tujuan dalam pengajaran mmembaca akan mendorong para guru untuk berperan sebagai fasilitator.
b.      Segala sesuatu yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkandari segala pihak.
Secara garis besar kegiatan membaca memiliki dua maksud utama, yaitu:
a.       Tujuan Behavioral (tujuan tertutup, tujuan intruksional)
Tujuan behavioral biasanya diarahkan pada kegiatan membaca:
Pengajaran Membaca
1.      Memahami makna kata (word attack)
2.      Keterampilan-keterampilan studi (study skill)
3.      Pemahaman (comprehension)

b.      Tujuan Ekspresif (tujuan terbuka)
Tujuan akspresi terkandung dalam kegiatan-kegiatan:
1.      Membaca pengarahan diri sendiri (self-directed reading)
2.      Membaca penafsiran, membaca interpretative (interpretative reading)
3.      Membaca kreatif (creative reading)

1.2  Tingkat dan Aplikasi Tujuan
Krathwohl (1965) telah menggambarkan tiga tingkatan dalam pengajaran membaca sebagi berikut:
a.       Pada tingkatan paling abstrak, tujuan-tujuan itu mmerupakan pertanyaan-pertanyaan yang paling luas dan umum.
b.      Pada tingkat yang lebih kongkrit, tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam istilah-istilah behavioral adalah sangat tepat untuk menganalisis tujuan-tujuan umum menjadi tujuan instruksional khusus.
c.       Pada tingkatan yang paling khusus, tujuan itu sedemikian eksplisitnya sehingga memerikan suatu jalur khusus menuju pencapaian tujuan yang dinyatakan pada tingkatan kedua.

1.3  Tujuan Behavioral
Tujuan behavioral adalah sasaran atau hasil yang diinginkan dari proses belajar yang jelas dinyatakan oleh perilaku atau penampilan yang dapat diamati (Montague & Butt; 1968 : 12). Beberapa kriteria tujuan behavioral:
a.       Menggambarkan penampilan siswa yang diinginkan.
b.      Menentukan tingkat kompetensi
c.       Dapat menetapkan kondisi-kodisi penampilan.

1.3.1        Keunggulan Tujuan Behavioral
a.       Memperjelas maksud sasaran yang hendak dicapai seorang guru
b.      Membagi bidang kurikulum menjadi butir-butir yang dikelola
c.       Mengurutkan bobot yang hirarki
d.      Memudahkan penilaian
e.       Membantu dalam pemilihan bahan pengajaran
f.       M,emainkan peranan penting dalam pendidikan
g.      Menjelaskan peranan penelitian dan perencaan dalam pendidikan

1.3.2        Kelemahan Tujuan Behavioral
a.       Proses pendidikan yang diterima di sekolah berjumlah jauh lebih banyak dari pada penguasaan isi bobot
b.      Setiap individu memiliki cara aneh untuk menagtur isi bobot
c.       Tujuan dapat mengakibatkan penekanan yang berlebihan pada keterampilan atas biaya generalisasi, interpretasi dan aplikasi
d.      Bidang-bidang isi bobot tertentu tidak membiarkan dirinya ikut terseret kepada pendekatan behavioral.
e.       Tujuan mungkin saja dapat dinyatakan dengan mengaitkannya dengan kenyataan-kenyataan dalam kelas

1.4  Tujuan Ekspresif
Suatu tujuan ekspresif tidaklah menentukan perilaku yang dapat diperoleh sang siswa sesudah terlibat dalam satu atau lebih kegiatan belajar. Tujuan ekspresif memeriksa suatu pertemuan pendidikan, untuk:
a.       Menetapkan situasi tempat para siswa bekerja
b.      Menentukan masalah yang harrus mereka pecahkan
c.       Menentukan tugas yang harus mereka kerjakan
Tujuan ekpresif memberika dorongan kepada  sang guru dan kepaad siswa untuk menjelajahi, memeriksa, menunda atau memuusatka perhatian kepada masalah-masalah yang benar-benar menarik serta yang sangat berpengaruh kepada sang pengamat atau sang penanya. Tujuan ekspresif lebih bersifat evokatif tinimbang preskriptif; lebih bersifat merangsang tinimbang bersifat menentukan (Eisner; 1969 : 20).



BAB II
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA
MEMBACA PENGARAHAN DIRI
Dalam membaca yang mempunyai tujuan pengarahan diri, maka mau tak mau kita harus terlebih dahulu membicarakan lima masalah atau yang disebut denga  panca-untai.
2.1 Memilih Buku Bacaan
Butir pertama pada panca-untai membaca pengarahan diri adalah keterampilan memilih buku-buku bacaan serta pengembangan otomatisasi.Yang dimaksud denagn otomatisasi disini adalah pengalihsandian yang otomatis atau yang bersifat segera, seketika itu juga.kita sbagai guru harus menyadari benar bahwa melangkah sendiri serta memilih sendiri bahan bacaan merupakan dasar bagi falsafah membaca perorangan. Secara singgkat tahap penekanan dapat dibagi menjadi:
a.       Mencari bahan-bahan bacaan
b.      Memilih  sendiri bahan bacaan yang akan dibaca
c.       Melangkah sendiri membaca bahan yang telah dipilih (Olson 1959).
Keunggulan praktek pemilihan sendiri bahan-bahan bacaan tentu saja dipengaruhi oleh beberapa factor:
a.       Memiliki minat yang ingin dikembangkan serta dijelajahi lebih lanjut dan terperinci
b.      Terdapat bahan bacaan yang tersedia yang dapat menjalin serta menyerasikan minatnya dan yang dapat dibaca secara bebes dan berdikari (Heilman, 1972 : 391).
Dasar teori diatas adalah bahwa apabila kondisi-kondisi ini terpenuhi, maka sang anak akan berusaha mencari bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tingkat bacanya saat itu.
Terdapat dua jenis bacaan yang dapat menjadi patokan bagi siswa dalam memilih bahan bacaan:
a.       Bacaan Ilmiah
b.      Bacaan Sastra
Adapun tujuan pengajaran sastra bagi masayarakat yang diawali pada masa sekolah dasar:
a.       Memperkaya pribadi
b.      Mengembangkan pandangan dan pengertian
c.       Menyebarluaskan kebudayaan
d.      Memupuk serta meningkatkan  apresiasi membaca (Greene & Petty, 1971 : 503)
2.2 Kecepatan Membaca
Butir kedua pada panca-untai membaca pengrahan diri adalah kecepatan membaca dalam hubungannya dengan tujuan  membaca. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca,  yaitu:
1.      Tingkat Kesulitan Bahan Bacaan
Tingkat kesulitan bahan bacaan dibandingkan dengan tingkat pengetahuan pembaca turut mempengaruhi pemahaman.
2.      Keakraban dengan Bahan Bacaan
Walaupun bahan bacaan tertulis pada suatu tingkat kesulitannamun pembaca yang telah mempunyai latar belakang pengalaman dengan topiknya akan mampu mneingkatkan kecepatan membaca.
3.      Kebiasaan Membaca
Setiap pembaca yang terbiasa membaca pasti akan lebih mudah dalam memahami suatu bacaan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecepatan mata  yang mampu merekam bacaan dengan cepat. Untuk mempermudah hal tersebut, ada beberapa tekhnikmembaca cepat, yaitu:
a.       Membaca Sekilas (skimming)
Membaca sekilas adalah suatu tipe membaca denagn cara menjelajahibahan bacaan secara cepat agar dapat memetik ide utama.


b.      Membaca Sepintas (scaning)
Membaca sepintas adalah suatu tekhnik pembacaan sekilas tetapi dengan teliti dengan maksud menemukan informasi khusus dari bahan bacaan.
c.       Membaca Teliti (close reading)
Membaca teliti adalah cara untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu bahan bacaan. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan membaca teliti, antara lain:
a.       Mengingat dan memahami ide
b.      Menganalisis para tokoh
c.       Memahami konsep khusus
d.      Melukiskan hubungan-hubungan
e.       Mencari pola-pola
f.       Menganalisis gaya

2.3 Mengikuti Petunjuk
Butir ketiga pada panca-untaimembaca pengarahan diri adalah mengikuti pentujuk.Membaca mengikuti petunjuk terdiri dari seperangkat siasat fundmental yang sangat diperlukan dalam menelaah isi suatu bidang studi. Dalam matematika misalnya, dalam pelajaran ini seorang anak harus mampu mengikuti petunjuk terperinci untuk menampilkan proses memeriksa jawab. Lain lagi dalam bidang study geografi dan sejarah, seorang anak harus mampu menemukan lokasi, menentukan perbedaan waktu, membaca grafik dan sebagainya.
Segala kegiatan yang terarah diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Demikianlah pula dalam proses belajar mengajar membaca terdapat suatu kegiatan yang disebut kegiatan membaca terarah (KMT) atau direct reading activity (DRA). Kegiatan membaca terarah adalah suatu rencana pelajaran yang terdiri dari lima tahap yang direncanakan untuk membantu para siswa membaca bahan-bahan yang berada pada tingkat baca yang lebih cenderung pada segi instruksional tinimbang pada segi keberdikarian.

2.4 Mengarahkan Diri Sendiri
Butir keempat pada panca-untai membaca pengarahan diri adalah mengarahkan diri sendiri yang menangani pengenalan akan kerumitan suatu tugas serta menaksir atau memperkirakan waktu dann upaya yang diperlukan untuk menyelesaikannya secara tuntas.
2.5 Memanfaatkan Perpustakaan
Butir kelima pada panca-untai kegiatan membaca pengarahan diri adalah keterampilanmemnafaatkan perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan.Memang, keterampilan memanfaatkan perpustakaan denagn segala bahan yang ada di dalamnya sangat penting bagi ekspresi lisan dan tulisan.


BAB III
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA
MEMBACA INTERPRETATIF
Membaca interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasikan atau menaksir maksud pengarang.
3.1 Maksud Pengarang
Seorang pengarang menulis suatu karangan untu orang dibaca masyarakat, dan sadar atau tidak sadar sang pengarang pasti memiliki maksud tertentu akan karyanya itu.
Pengklasifikasian karya sastra juga dapat dilakukan berdasarkan nada (voice).Dengan nada, pengarang mencerminkan tujuan yang hendak dicapai denagn karya tulis itu.
3.1.1        Tulisan bernada akrab
Tulisan bernada akrab membuahkan tulisan yang bersifat pribadi. Tulisan pribadi adalah suatu bentuk tulisan yang memberikan sesuatu yang paling menyenangkan dalam penjelajahan diri pribadi sang penulis. Hanya catatan atau laporan pribadi yang tertulis sajalah yang dapat merekam secara tepat segala sesuatu yang telah dialami pada masa lalu.
Tulisan pribadi dapat pula merupakan suatu terapeutik dalam upaya menganilisis diri agar kita dapat lebih memahaminya.Karena tulisan pribadi memberi kita suatu kesempatan menelaah kita sendiri.
3.1.2        Tulisan bernada penerangan
Tulisan mseperti ini biasaanya bernada penerangan, bersifat informatif dan membuahkan tulisan yang bersifat memerikan.Memerikan sesuatu berarti melukiskan memaparkannya seperti adanya, tanpa menambahi atau mengurangi keadaan yang sebenarnya.
3.1.3        Tulisan bernada penjelasan
Tulisan yang bernada penjelas (the explanatory evoice)biasanya  disebut tulisan penyingkapan berbeda dari tulisan yang bernada penerangan, karena tujuannya tidak hanya sekedar menceritakan, memerikan, ataupun meyakinkan, tetapi justru menjelaskan sesuatu pada pembaca. Tulisan penyingkapan mempergunakan berbagai macam untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya denagn mengklasifikasikan, pembatasan, penganalisisan, penjelajahan, penafsiran dan penilaian.
3.1.4        Tulisan  bernada mendebat
Pengarang yang mempergunakan nada mendebat atau nada argumentatif maka hasilnya adalah karya tulis persuasif.Persuasif adalah karya yang bertujuan meyakinkan para pembaca.
3.1.5        Tulisan bernada mengkritik
Tulisan yang bernada mengkritik menghasilkan tulisan mengenai sastra.Tulisan yang bernada mengkritik ini bertujuan menilai atau mengevaluasi karya sastra. Untuk dapat menghasilkan kritik yang baik, maka kita harus terlebih dahulu membaca karya sastra yang akan dianalisis secara kritis.Tanpa membaca karya sastra, tidak mungkin membuat analisis kritis yang memuaskan.Itulah sebabnya maka kegiatan diskusi sastra secara analisis dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis.
3.1.6        Tulisan bernada kewenangan
Tulisan yang bernada kewenangan atau yang bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah.Tujuan karya ilmiah, yang bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu gelar tertentu.Dengan karya ilmiah seperti ini orang yang bersangkutan berwewenang  menyandang title, seperti skipsi, tesis dan disertasi.

3.2 Fakta atau Fiksi
Butir kedua dari keenam untaian membaca interpretative adalah keterampilan mengenai perbedaan antara fakta dan fiksi. Dengan kata lain butir kedua ini membicarakan perbedaan antara karya tulis fiksi dan non-fiksi.
Perbedaan utama antra fiksi dan non-fiksi terletak pada tujuan.Tujuan narasi non-fiksi, seperti sejarah, biografi, dan cerita perjalanan adalah menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secar actual. Denagn perkataan lain dapat dijelaskan bahwa:
       Narasi non-fiksi mulai denagn mengatakan, “ini semua adalah fakta-fakta”, sedangkan narasi fiksi mulai dengan mengatakan, “Kalau seandainya ini semua adalah fakta-fakta, (maka beginilah yang akan terjadi)”.
       Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi-fiksi bersifat realitas,sedangkan narasi non fiksi bersifat aktualitas.
3.3 Sifat-Sifat Tokoh
Butir ketiga dari keenam untaian membaca interpretatif adalah keterampilan menaksirkan sifat-sifat, ciri-ciri tokoh.Kata ciri, sifat atau trait disini mengandung pengertian yang mengacu kepada jenis-jenis karakteristik luar yang kongkrit yang mencerminkan kebiasaan, tingkah laku sehari-hari yang tidak bersifat refleksi, yang sedikit atau sama sekali tidak menunjukan kecenderungan yang mengandung motivasi tertentu.
3.4 Reaksi Emosional
Butir keempat dari untaian kegiatan membaca interpretative adalah melatih keterampilan menaksirkan reaksi emosional sesuatu karya tulis. Pembicaraan kita di sini dipusatkan pada dua aspek reaksi emosional, yaitu:
a.       Reaksi emosinal sang pembaca pada aneka tipe karya sastra
b.      Reaksi-reaksi emosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra itu.
Bahwa emosi mempengaruhi kita dalam kehidupan, tidak perlu disangsikan lagi. Mengenai hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a.       Emosi dapat menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari
b.      Emosi mempersiapkan tubuh kita untuk peran tertentu
c.       Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motoris
d.      Emosi dapat bertindak sebagai suatu keterampilan bentuk komunis
e.       Emosi dapat mengganggu kegiatan-kegiatan mental
f.       Emosi dapat bertindak sebagai sumber penilaian social dan penilaian diri sendiri
g.      Emosi dapat mewarnai pandangan gdan harapan anak-anak terhadap hidup
h.      Emosi mempengaruhi interaksi social
i.        Emosi meninggalkan dampak pada ekspresi wajar air muka dan mimic
j.        Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis (Hurlock, 1978 : 193)
3.5 Gaya Bahasa
Perlu disadari bahwa bahasa adalah suatu sarana interaksi social; fungsi utamanya adalah komunikasi; korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah kompetensi atau kemampuan komunikasi; kemampuan melaksanakan interaksi social denagn bantuan bahasa. (Dik, 1979 : 5).
Aspek retoris lainnya dari peranan penulis cerita adalah penggunaan bahasa untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dan tepat guna akan dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Berbagai gaya bahasa untuk mencapai tujuan sang pengarang, antara lain:
a.       Aliterasi (pengulangan bunyi-bunyi yang sama)
b.      Antanaklasis (pengulangan kata yang sama denagn makna yang berbeda)
c.       Antithesis (perbandinagn dua buah kata yang berantonim, yang berlawana makna)
d.      Kiasmun (pengulanagan seryta inverse hubungan antara dua kata dalam kalimat)
e.       Oksimoron (pembentukan suatu hubungan sintaksis antara dua buah angtonim)
f.       Paralipsi (suatu rumusan yang dipergunakan untuk mengumumkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang dikatakannnya dalam kalimat itu sendiri)
g.      Paronomasia (penjajaran kata-kata yang bersamaan tetapi berbeda makna)
h.      Silepsis (penggunaan sebuah kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan berpartisipasi dalam lebih dari satu kontruksi sintaksis)
i.        Zeugma (koordinasi ketatabahasaan dua kata yang mempunyaimakna yang berbeda)
3.6 Dampak Cerita
Suatu keterampilan meramalkan aneka dampak yang mungkin dihasilkan olehsuatu cerita. Keterampilan utama yang dituntut disini adalah keterampilan meramalkan dalam berbagai tahap yang terdapat dalam cerita apa yang akan terjadi berikutnya.
Agar kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi dalam suatu cerita maka terlebih dahulu kita harus memahami alur cerita beserta unsure-unsurnya. Istilah lain yang sama maknanya denagn alur dan plot, trap, atau darma konflik. Keempat istilah tersebut mengandung makna struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau drama (Brook & Warren, 1959 : 686).
Biasanya seetiap cerita dapat dibagi atas lima bagian, yaitu:
a.       Situasi (pengarang akan melukiskan suatu keadaan atau situasi)
b.      Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutpaut)
c.       Rising action (keadaan mulai memuncak)
d.      Climax (peristiwa-peristiwa mulai memuncak)
e.       Denouement (pengarang memberikan pemecahan soal dari  semua peristiwa). (Lubis, 1960 : 16-17, Tarigan, 1982a)
N. Friadman, pengarang buku From and Meaning in Fiction pernah mengadakan klasifikasi yang agak terpperinci mengenai alur ini, seperti:
a.         Alur Gerak (the action plot)
Alur ini disusun di sekitar suatu masalah dan pemecahannya. Alur ini terutama sekali sering terjadi pada sastra popular, sastra massa.
b.         Alur Pedih ( the pathetic plot)
Alur yang berakhir denagn kesedihan, kepedihan dan menimbulkan rasa kasihan dari padre pembaca.Alur seperti ini umum terdapat pada novel-novel naturalis abad 19.
c.         Alur Tragis (the tragic plot)
Alur yang pada akhirnya membuat para pembacanya mengalami rasa katarsis (srasa haru).
d.        Alur Penghukuman (the punitive plot)
Alur yang ceritanya berakhir dengan kegagalan sang pelaku utama.
e.         Alur Sinis
f.          Alur Sentimental
g.         Alur Kekagumann
h.         Alur Kedewasaan
i.           Alur Perbaikan
j.           Alur Pengujian
k.         Alur Pendidikan
l.           Alur Penyingkapan
m.       Alur Penyingkapan
n.         Alur Kekecewaan

  

BAB IV
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA
MEMBACA KREATIF

            Membaca kreatif bertujuan agar para siswa terampil berkreasi dalam hal-hal dramatisasi, interpretasi lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi tulis dan ekspresi visual.
4.1 Dramatisasi
Butir pertama panca untai kegiatan membaca kreatif adalah dramatisasi. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal dramatisasi;
a.       Prinsip-prinsip kritik darma
b.      Unsur-unsur drama
c.       Jenis-jenis drama
4.2 Interpretasi Lisan atau Musik
Pada tahap pertama dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan bacaan-bacaan koor/bersama secara sederhana diikuti oleh musik yang serasi denagn bacaan itu sebagai sarana pembantu dalam menginterpretasikan sastra.Pada tahap kedua siswa dilatih untuk memperbandingkan serta mengkontraskananeka ragam penggalan sastra melalui penggunaan interpretasi-interpretasi lisan dan music.  Tahap selanjutnnya siswa mengadakan eksperimen dengan penafsiran lisan dan music untuk merubah suasana hati atau nada sastra (Otto & Chester, 1976 : 161)
4.3 Narasi Pribadi
Butir ketiga dari panca untai kegiatan membaca kreatif adalah narasi pribadi.Kegiatan ini terutama sekali berhubungan denagn pengisahan cerita atau storytelling. Dengan kegiatan ini pula siswa dituntut banyak membaca cerita serta dapat menceritakannya kembali dengan kata-kata dan gaya bahasa sendiri.


4.4 Ekspresi Tulis
     Butir ini mengharuskan para siswa dapat mengakpresikan diri dengan sebuah tulisan.Di dalam butir ini kita dapat memahami bahwa hubungan antara menulis dan membaca sangatlah erat.
4.5 Ekspresi Visual
Dalam butir ini siswa diharapkan dapat menciptakan suatu karya visual seperti gambar atau model.


DAFTAR PUSTAKA

Otto, Wayney & Robet D. Chaster. 1976. Objejektive-based Reading Massachussets: Addison-Wesley Publishing Company.
Tarigan, Henry Guntur. 1982a. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :IKIP-STIA.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung : Percetakan Angkasa
Usman, Ibenzani (dkk).1983. pendidikan seni musik. Bandunng : Penerbit Angkasa.





Kata Pengantar
            Rangkuman mata kuliah Membaca merupakan paper yang dirancang untuk pemenuhan tugas mata kuliah Membaca.Didalam rangkuman ini terdapat pokok-pokok penting yang dapat mengantarkan mahasiswa dalam kemudahan menyerap bahan perkuliahan.Rangkuman ini menyajikan point-point penting yang ada dalam buku “MEMBACA EKPRESIF”.
            Atas tersusunnya rangkuman ini, penulis tidak luput dari dukungan beberapa pihak:
1.      Allah SWT yang selalu mencuirahkan rahmat dan rizkinya berupa kesehatan dan kelapangan berfikir.
2.      Yaya Sunarya, S.Pd selaku dosen mata kuliah Membaca yang tidak bosannya membimbing dan mengingatkan akan kebaikan membaca.
3.      Orang tua yang selalu mendukung baik moril maupun meteriil.
Penulis ucapkan terima kasih.
            Rangkuman mata kuliah Membaca ini pastilah tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis selalu terbuka menerima kritik dan saran untuk kebaikan di masa yang akandatang.


Ciamis, 29 November 2010

Penulis


 


MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Membaca

Dosen: H. Yaya Sunarya Drs.





Oleh

EMMIE APRIANI
                                                                    2108090082
II F


PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS


 
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENGAJARAN MEMBACA BERDASARKAN TUJUAN............ 1
BAB II MEMBCA PENGARAHAN DIRI................................................... 4
BAB III MEMBACA INTERPRETATIF...................................................... 8
BAB IV MEMBACA KREATIF.................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
MAKALAH TENTANG PENGAJARAN MEMBACA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar