Menu

7.3.16

Contoh Menulis Cerpen Remaja “FIRST LOVE”



Contoh Menulis Cerpen Remaja “FIRST LOVE”


Menulis cerpen merupakan salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia kelas 9. Pada materi ini diharapkan para siswa dapat menulis cerpen sendiri



“FIRST LOVE”
Meliani Lestya

Siang itu aku masih di sekolah. Seperti biasa aku masih menunggu sahabatku, Rani yang sedang membeli makanan di kantin sekolah.
            “Hai, Ir, lama ya?”, ucap Rani yang datang menghampiriku
            “Mmh… lumayan”, balasku.
            “Ayo kita pulang! Kita kan ada tugas kelompok, jadi harus cepet-cepet.”
            “Iya, iya.”, ucap Rani
Akupun segera pulang ke rumah dan bersiap untuk mengerjakan tugas kelompok di rumahnya Dara.
            “Assalamualaikum, Dara where are you?” ucapku sambil mengetuk pintu rumah Dara.
            “Waalaikumsalam, berisik sekali sih kamu.”, ucap dara sambil membuka pintu.
            “Hehe, maaf-maaf. Aku boleh masuk ga nih?”
            “Boleh donk, ayo masuk!”
            “Terima kasih neneng cantik”
            “Ikh kamu, rese deh”
            “Biar, aku ini. Yuk cepet ngerjain tugasnya!”
            “Rani kan belum datang”
            “Oh, iya ya, bentar aku calling dulu!”
Aku pun menelepon Rani yang dari tadi belum datang.
“Hallo, Ran! Koq belum kesini? Kita udah nungguin lama nih, cepetan!”
“Hmm, kayaknya aku ga bias deh Ir, soalnya mendadak aku ga enak badan, maaf ya!”
“Oh, gitu ya, ya udah cepet sembuh deh kalo gitu!”
“Iya, makasih ya.”
“Iya, sama-sama” sambil menutup telepon.
            “Gimana Ir?” Tanya Dara
            “Katanya dia ga bias ikut, mendadak ga enak badan.”
            “Oh, gitu ya. Ya udah kita kerjain berdua aja!”
Ketika kami sedang asyik mengerjakan tugas, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara sms masuk di hp-ku, yang kebetulan suaranya seperti bom itu.
Duarrr…
Serentak kami berdua kaget dan langsung menjerit.
“Irnaaa… kamu ya, suara sms-mu itu loh, bikin jantungku berdebar, untung gak jantungan.” Teriak Dara padaku.
“Hahaha, maaf-maaf, aku juga yang punya ikut kaget, gimana kamu yang ga tau.”
“Huh, dasar kamu!”
Tanganku langsung mengambil hp yang ada di dalam tas.
“Mmm.. pesan dari siapa ya?” ucapku sambil membuka tas.
“Coba-coba aku lihat!” ucap Dara yang langsung nyerobot ngambil hp di genggamanku lalu dibukanya.
“Ciee-ciee Irna, Ciee..!” ucap Dara padaku sambil cekikikan.
“Apaan sih kamu, coba sini aku lihat!”
Akupun langsung mengambil hp yang dipegang Dara.
“Haaaahhh,,, ini beneran? Aku ga mimpi kan?” ucapku sambil melongo tak percaya.
“Ciee-ciee Irna, bahagia nich?” ucap Dara
“Banget tahu, ga nyangka deh dia bias sms aku.”
“Ya, barangkali dia suka sama kamu.”
“Hmmm.. mungkin. Semoga saja.”
Tugas kami pun selesai dan aku pun berpamitan pada Dara.
“Dara aku pulang dulu ya, jangan kasih tau orang lain tentang sms tadi, ok!”
“Ok, tenang aja.”
Aku pun pulang ke rumah dan sesampainya di rumah akupun langsung sms pada Rio (orang yang tadi sms).
“Sore, Rio!”
“Sore juga.” Balas Rio
“Lagi ngapain sore-sore gini?”
“Biasalah nonton TV.”
“Oh, gitu ya. Eh.. minggu depan kan liburan ya?”
“Iya, emang kenapa?”
“Nggak apa-apa. Seneng aja, kamu ikut ga?’
“Ikut dong, masa nggak. Apalagi bareng kamu.”
“Mmm.. bias aja kamu!”
“Eh, udah dulu ya, aku mau mandi dulu.”
“Ok!”
Sorepun berganti malam. Hmmm… rasanya hari ini hari yang paling menyenangkan untukku. Bisa deket sama orang yang dari dulu aku kagumi, Rio. Ya, dia orangnya baik, pinter, cakep lagi, sama seperti cowok idamanku.
Pagi pun tiba. Aku siap-siap untuk pergi ke sekolah. Saking semangatnya, sampai-sampai aku lupa sarapan dan langsung berangkat ke sekolah. Ayah dan ibu pun sangat heran melihat tingkahku yang suka senyum-senyum sendiri. Maklum orang bahagia.
Sesampainya aku di sekolah, aku pun disambut hangat oleh kedua sahabatku yang cerewet dan bawel itu.
“Irnaaa…!!!” teriak Dara dan Rani.
“Duhh.. kalian berisik banget deh.” Ucapku sambil menutup kuping.
“Nggak apa-apa kita ini, ya gak Ran?” ucap Dara.
“Betul, betul, betul.” Timpal Rani
“Eh, kalian lihat Rio ga?” tanyaku pada Dara dan Rani.
“Nggak tuh, belum datang kali, atau mungkin di kantin.” Ucap Rani
“Ciee, ciee, yang nyariin Rio.” Ucap Dara.
“Nggak apa-apa emang ga boleh gitu?” ucapku seraya pergi ke kantin sekolah, ya bukan mau jajan sih, tapi untuk nyari Rio.
Ternyata benar, Rio ada di kantin sedang asyik mainin hp sambil nyantap bakso.
“Hai, Ri!” sapaku pada Rio.
“Hai, eh udah datang, tumben pagi banget, nggak biasanya!”
“Ya, kan pengen cepet-cepet ketemu kamu, hehe. Gak kok becanda, emang ga boleh ya aku datang pagi?”
“Ya, bukan ga boleh sih, tapi tumben aja.”
“Eh, minggu depan jadi kan?’
“Apa?”
“Liburan.”
“Oh, ya jadilah, kamu bareng aku aja ya!”
“Mmm… oke deh.”
Kring.. kring..
Bel masuk pun berbunyi. Aku dan Rio segera menuju kelas dan belajar seperti biasa.
Hari-hari ku lalui selalu bersama dengan Rio. Jajan bareng, becanda bareng, sampai ngerjain tugas sekolah pun bareng. Sampai-sampai aku hampir lupa dengan kedua sahabatku yang bawel itu. Tapi mereka ngerti kok, mereka juga memaklumi malah mendukung aku untuk deket sama Rio. Walau mereka pernah ngambek juga.
Dan.. hari yang kutunggu-tunggu itu pun tiba. Yaitu hari libur, dimana sekolah mengadakan liburan ke puncak.
Yeaaayyy…. Seneng banget. Jadi aku bisa deket sama Rio.
Pagi itu kami bersiap-siap di sekolah untuk pergi ke Puncak. Dengan mengendarai bus kami pun berangkat.
Sesampainya disana, aku turun dari mobil sambil membawa koper yang berisi seabreg keperluanku untuk 3 hari itu. Huuhh.. luamayan berat. Tiba-tiba Rio pun menghampiriku.
“Ir, perlu bantuan ga nih?’
“Eh, untung kamu datang, ya perlu bangetlah, tolong bawain koperku ini dong! Rasanya berat banget.”
“Ya udah. Sini aku bawain!”
“Ngerepotin ga nih? Ntar kamu minta imbalan lagi.”
“Ya pastilah. Hari gini ga ada yang gratisan tau, haha!”
“Ikh, kamu ya.”
“Tenang aja. Imbalannya gampang kok.”
“Awas ya kalo minta yang macem-macem.”
“Iya-iya tenang aja napa!”
Sesampainya di Villa, kami pun beristirahat.
Hari pertama di puncak kami disuruh meneliti satu jenis tanaman yang ada di puncak dan dilakukan secara berkelompok. Dan kebetulan aku, Rio, Rani dan Dara satu kelompok. Seneng deh bisa satu kelompok sama Rio, selain aku bisa deket sama Rio, dia juga sangat mahir kalau soal meneliti. Jadi gak khawatir dapat nilai kecil.
Hari kedua di puncak, kita jalan-jalan keliling puncak. Kami selalu ber-empat pastinya. Setelah capek berkeliling kami pun kembali ke Villa dan beristirahat.
Malamnya, aku, Rani dan Dara berada di luar villa, menikmati suasana indahnya malam di puncak, tentunya sangat sejuk. Ya cocoklah dengan suasana hatiku.
Ketika aku sedang asyik mengobrol dengan Rani dan Dara, tiba-tiba Rio memanggilku.
“Irna sini dong! Aku mau minta imbalan yang kemarin.”
“Aduh, minta apa sih dia?” ucapku sambil kebingungan.
“Udah, samperin aja. Siapa tau minta hati, haha!” Ucap Dara dengan nada bawelnya itu.
“Ya sudah, aku kesana dulu ya!” ucapku sambil meninggalkan Rani dan Dara.
“Kamu mau minta apa dariku?” ucapku dengan nada bingung.
“Aku mau minta itu.” Balas Rio
“Apa?”
“Itu”
“Apa sih?”
“Hatimu.”
“Maksudmu?” dengan ekspresi sedikit girang dan kebingungan.
“Ya, setelah beberapa lama ini aku selalu dekat dengan kamu dan disitulah aku mulai merasakan ada sesuatu dalam hati aku. Aku merasa nyaman saat disampingmu, dan aku merasa bahagia bila hariku diisi olehmu. Maka dari itu, aku mau nawarin sesuatu sama kamu.”
“Apa itu?”
“Mau gak jadi pacarku?”
“Mmm,,, gimana ya? Nggak deh!”
“Oh, ya udah maafin aku ya udah lancang ngomong kayak gini.” Ucap Rio dengan penuh kekecewaan.
“Nggak, maksud aku nggak nolak.”
“Hah! Yang bener? Serius nih?” ucap Rio kegirangan.
“Ya, beneranlah masa sih aku nolak cowo kayak kamu.”
“Makasih ya Ir. Aku janji ga bakal nyakitin kamu dan akan selalu mencintai dan menyayangimu.”
“Janji ya!”
“Iya Irna sayang. Jadi kita resmi jadian nih?”
“Iya dong!”
“Ciee,,, ada yang jadian nih.” Ucap Dara yang bawel itu.
“Ekhem, ekhem kejadian juga ya? Haha.!” Timpal Rani.
“Ikh, kalian ya, bisa diem gak sih, gak liat apa ada orang lagi seneng?” ucapku.
“Iya nih, ganggu aja kalian.” Timpal Rio.
Kami berempat pun tertawa bersama.
Hmm… malam ini adalah malam paling bahagia untukku. Disamping aku dapat sahabat-sahabat yang baik, aku juga mendapatkan seseorang yang spesial di hatiku. Ya,,, ini adalah kisah cinta pertamaku. Cinta pertama yang sangat berkesan dalam hidupku.

Demikianlah Contoh Menulis Cerpen Remaja “FIRST LOVE”