Menu

9.11.14

Menjadi Pahlawan

Menjadi Pahlawan
Prito Windiarto*
10 November. Tanggal itu identik dengan tema kepahlawanan. Berawal dari sejarah perjuangan nan heroik Arek-arek Surabaya mengusir pasukan penjajah.  Pengorbanan tanpa lelah. Untuk mengenangnya bangsa ini menjadikan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional. Bangsa yang besar, seperti kata Presiden Soekarno, adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Karena itu tak salah kiranya, hampir setiap tahun Presiden Republik Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada putra bangsa terpilih.
Orang-orang yang disemati gelar pahlawan nasional tentu saja bukan individu biasa. Mereka adalah pribadi yang gigih berjuang, rela berkorban baik  harta, tenaga sampai nyawa demi kemajuan  bangsa ini.
Pertanyaannya, apakah orang biasa seperti kita juga bisa menjadi pahlawan? Bisa! Walau, tentu saja untuk menjadi pahlawan skala nasional mungkin akan sedikit kesulitan. Tapi paling tidak kita bisa menjadi pahlawan bagi sekitar. Kalau kita selisik, pengertian pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Dalam pengertian lain ada yang menyebut pahlawan sebagai orang yang rela berkorban, mengalahkan egonya sendiri demi kepentingan orang banyak.
Jika dilihat dari pengertian itu kita mafhum sifat dasar pahlawan adalah berani, rela berkorban, daya juang, gagah, tidak egois. Yang kesemuanya dibungkus demi membela kebenaran, demi kepentingan orang banyak. Kalaulah sifat itu melekat pada seseorang maka ia amat layak dianugerahi gelar pahlawan.
Seorang petugas kebersihan yang gigih setiap hari membersihkan jalanan kota, memunguti sampah berserak. Bersemangat memangkas rumput, sembari berkampanye pentingnya menjaga kebersihan dengan menegur orang yang membuang sampah sembarangan, amat layak disebut pahlawan. Pahlawan kebersihan! Seorang guru  honorer yang penuh dedikasi mengabdi, mendidik sepenuh hati. Berani menentang kebijakan keuangan sekolah yang memberatkan orang tua siswa, amat layak dinamakan pahlawan. Pahlawan pendidikan!
Ah setiap diri kita, sejatinya amat berpotensi menjadi pahlawan. Pahlawan di bidang kita masing-masing, pahlawan pertanian, keamanan, sosial, politik, dan lain sebagainya. Dasar utamanya adalah melekatnya sifat kepahlawanan pada diri yang teraplikasi dalam kehidupan nyata. Maka, kita tekadkan diri, mulai detik ini, menjadi pahlawan… Bismillah!
Wallahu A’lam Bishowab


**Prito Windiarto, Guru SMP Muhammadiyah 1 Dayeuhluhur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar