Wasiat Guru untuk
Murid
Prito Windiarto, S.Pd.
Selayak orang tua, guru juga
selazimnya memberikan wejangan pada muridnya. Kalau untuk siswa kelas 6, 9, 12, bolehlah disebut sebagai
wasiat. Karena mereka sebentar lagi akan meninggalkan sekolah menuju jenjang
yang lebih tinggi.
Berikut adalah wasiat guru untuk
murid yang merupakan kelanjutan dari, silakan klik: nasihat guru untuk murid,
nasehat guru untuk murid, nasihat guru kepada murid.
9. You Are, What You Think
Kamu, adalah apa yang kamu
pikirkan. Wasiat ini bersandar pada
nasihat orang-orang bijak. Apabila kita berpikir kecil, pendek, itulah yang
akan didapat. Sementara jika kita berpikir besar, insyaAllah, itulah yang akan
diraih. Jika kita berpikir tidak bisa, maka bisa jadi itulah yang terjadi.
Sebaliknya jika kita berpikir mampu, insyaAllah kita memang mampu.
Pepatah bijak mengatakan, perkataan adalah doa,
termasuk bisa jadi pikiran. Apa yang kita pikirkan, jika itu kebaikan, semoga
diaminkan malaikat dan dikabulkanNya. Karena itu, mari murid-muridku
berpikirlah besar. Berpikirlah untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
terutama agama. Jangan berpikir kerdil. Orang bijak menasihati, jika kita
berpikir kecil, maka kita akan disibukan dengan hal-hal kecil (sepele).
10. Bermimpilah yang Tinggi
Anak-anakku sekalian. Kalau kata
Nidji, mimpi adalah kunci, kunci untuk taklukan dunia, jua akhirat sebenarnya.
Mimpi yang dimaksud bukan mimpi dalam tidur, namun cita-cita. Bercita-citalah
setinggi langit (bintang) nasihat Ir. Soekarno. Bermimpilah, karena Tuhan kan
memeluk mimpi-mimpi itu, ujar Andrea Hirata. Bermimpilah, karena sungguh Allah Mahamendengar
impian itu, kata Ahmad Fuadi.
Bermimpilah yang tinggi,
Rasulullah SAW. menasihati, mintalah surga firdaus (surga tertinggi, termegah).
Ya, kita dianjurkan memohon dan berusaha menggapai yang paling mewah, bukan
emperannya. Begitu halnya dalam bercita-cita hal dunia, bermimpilah yang
tinggi. Misal ingin jadi Direktur Utama, punya perusahaan bonafite, berkeliling
dunia dll. Jangan hanya bercita-cita menjadi tukang parkir, pengamen, tukang
sampah, dll.
Begini logikanya, jika kita
bermimpi besar, kita akan termotivasi berbuat hal yang besar. Jika bercita-cita
jadi menteri pendidikan, paling tidak kita harus berusaha berbuat, menapaki
jejak seperti menteri, belajar dengan rajin, membaca dan menambah pengetahuan
dengan intens, dll. Sebaliknya kalau hanya bermimpi menjadi tukang parkir, ya
tidak ada gairah untuk belajar lebih rajin. Buat apa belajar dengan
sunguh-sunguh?
Logika berikutnya, jika kita
bercita-cita besar, jikapun tidak tercapai seluruhnya, paling tidak semoga
setengahnya. Misal belum berhasil jadi presiden, minimal jadi menterinya, atau
staf ahlinya. Kalaupun tidak menjadi Direktur Utama di perusahaan, ya paling
tidak jadi General Manajer, dll. Sebaliknya kalau kita bercita-cita dangkal
jadi tukang parkir, kalau tidak tercapai, bisa jadi kita hanya jadi kuli kasar,
atau bahkan mungkin peminta-minta. Karena itu, mari bermimpi dan bercita-cita
yang tinggi. Kita berusaha mewujudkan, tidak lupa memohon padaNya. Yang
Mahakuasa yang kan kabulkan. InsyaAllah.
Wallahu a’lam bishowab.
Demikianlah wasiat guru untuk
murid kali ini, disambung serial nasihat guru untuk murid berikutnya,
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar