Menu

14.9.15

Tips Membangun Sekolah Unggulan Bagian 2



Tips Membangun Sekolah Unggulan Bagian 2
Prito Windiarto


Membangun sekolah unggulan tentu bukanlah pekerjaan yang mudah, namun bukan pula hal mustahil. Perlu ada tekad kuat, kesungguhan, dan strategi jitu. Tekad yang kuat menjadi sumbu penyemangat untuk terus berjuang. Kesungguhan akan memantik kontinuitas, konsistensi, dan fokus. Strategi jitu akan mempermudah, memuluskan langkah.

Pada kesempatan ini akan kami bahas perihal strategi jitu membangun sekolah unggulan. Strategi pertama perihal SDM (sumber daya manusia). Tak bisa dipungkiri SDA (baca modal) merupakan salah satu unsur penting, namun jauh lebih penting SDM. SDM yang baik akan mengundang SDA (modal). Karena itulah langkah awal membangun sekolah unggulan adalah membangun SDM yang kuat dan berintegritas.

 
Awal dari itu semua ada pada rekrutmen. Karena itulah para penggagas manakala merekrut SDM baru (kepala sekolah, guru, dan karyawan) musti selektif. Jangan asal terima. Syaratnya, pertama, dan yang paling utama: mau berjuang. Bagi sekolah yang baru berdiri, atau sudah lama berdiri namun masih tertatih, kata yang tepat untuk melukiskannya adalah “berjuang”. Really. Karena bisa jadi keringat yang keluar belum bisa tergantikan dengan uang yang sepadan, karena itu istilah yang digunakan adalah berjuang. Landasan utama perjuangan adalah keikhlasan, karena itu syarat pertama adalah keikhlasan, tekad kuat untuk sama-sama dalam satu gerbong perubahan, pembangunan sekolah unggulan. Pun, tentu saja penggagas sekolah, meski menerapkan istilah berjuang, mereka juga harus berusaha keras, berjuang menyejahterakan pegawainya tentu saja. 

Syarat kedua, skill atau kompetensi. Setelah sayarat utama terpenuhi, syarat kedua adalah memiliki kemampuan atau kompetensi. Mau berjuang tapi tak punya kompetensi, ya buat apa juga, toh. Karena itulah tanyakan dulu, atau kalau bisa tes kompetensi apa yang dimiliki. Kalau guru, sila cek kemampuan pedagogiknya misal, kemampuan mengajrnya, dll. Ini penting, karena sekolah unggulan dan berkualitas harus diurus orang yang berkualitas juga. Sekali lagi jangan asal ada, asal comot. 

Syarat ketiga, mau bekerja keras. Syarat ketiga ini bertalian dengan syarat pertama. Bedanya kalau syarat pertama ada diniat, ini berada di ranah praktik. Harus ada kontrak kerja untuk mau bekerja keras. Misal selain ngajar juga ada tugas sama-sama mengajukan proposal, mendidik lewat ekstra, dll. Kontrak ini haru bisa diemplementasi secara nyata.