Menu

4.9.15

Tips Membangun Sekolah Unggulan



Tips Membangun Sekolah Unggulan

 Prito Windiarto

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan satu mobil dengan kepala sekolah tetangga. Beliau bercerita banyak hal, salah satunya tentang perkembangan sekolah. Beliau mengisahkan tentang dirinya dan beberapa teman yang lain yang mengadakan studi banding ke sekolah lain. Sekolah yang dituju adalah sekolah swasta. Meski swasta pamornya lebih mentereng daripada sekolah negeri. Sekolah itu (SMA PGRI) bersebelahan dengan sekolah negeri (SMA Negeri). Hebatnya sekolah yang notabene swasta itu malah menjadi pilihan pertama calon siswa, bukan sekolah negeri. Sesuatu yang tidak begitu lazim.

Pertanyaan mendasarnya, mengapa sekolah swasta itu lebih diminati? Apa magnetnya? Tenyata setelah diselisik ada pada kegiatan ekstra. Kegiatan ekstrakurikulernya beragam, tiap hari ada. Siswa disuguhi macam-maca eksta, dari mulai yang wajib, hingga pilihan seperti bela diri, KIR, pecinta alam, dll banyak sekali. Siswa merasa senang karena ada nilai plus sekolah di sana, tidak melulu intrakurikuler. 

Tips sederhana itu tak ada salahnya diikuti. Seperti yang sudah diprediksi banyak pakar, bertahun ke depan di dunia ini bukan lagi gelar (S1, S2, S3) yang dicari melainkan kemampuan, keterampilan, skill. Buat apa bergelar Doktor tapi tak punya skill? Lebih baik hanya lulusan SMA tapi punya keterampilan mumpuni. Begitu arus pendidikan ke depan. Di Indonesia memang belum, gelar masih jadi primadona, jadi standar. Tapi di luar negeri sudah mulai. Kampus mulai ancang-ancang buat lembaga kursus yang mengasah keterampilan tak lagi memasarkan gelar-gelar.

Itu fenomena global yang mungkin tak lama lagi juga merasuk ke Indonesia. Nah, esok lusa akan banyak CEO (Dirut) yang seperti Mark Zukenberg, gak ergelar namun sukses bukan main.
Karena itu sekolah juga harus mengantisipasi itu. Dengan apa? Salah satunya dnegan memperbanyak ekstra. Ekstra adalah salah satu saran mengasah skill siswa. Keterampilan yang digojlok.

Semua Perlu Modal
Meski begitu tentu ada tantangan awal, salah satunya perlu modal. Membuat ekstra bukan pekerjaan sim salabim. Perlu SDM yang oke. Mengapa ekstra di beberapa sekolah kurang bagus? Salah satunya karena pelatih/pembina/instrukturnya kurang mantap. Pelatih/pembina/instruktur (karena alasan dana) diambil dari guru yang bisa jadi sejatinya kurang menguasai. Ekstra Voli, Sepak Bola, Takraw diserahkan pada guru olahraga yang bisa jadi sebenarnya kurang menguasai, ya hasilnya kurang oke. Ekstra pramuka diserahkan pada guru yang kurang begitu ngeh, ya jadi kurang ngeh. Ekstra bela diri ditugaskan pada guru B, yang tidak begitu lihai, ya jadinya apa adanya.

So, langkah awal memang modal. Modal untuk mendatangkan pelatih/pembina/instruktur yang profesional. Bukan asal comot, asal ada. Awalnya mungkin berat, namun jika diseriusi akan memberikan manfaat. InsyaAllah.

Buktinya sudah ada. Hanya kita kadang cepat-cepat memvonis. Ah apa iya? Ah yang dulu itu aja gak bener dll? Jadinya mengeneralisasi.

Sekian dulu. Saya ini orangnya memang kadang hanya bisa berteori. Praktinya bisa jadi kurang. Bisanya Cuma usul, kerjanya kurang. Tapi menurut hemat saya, tak apa-apa toh, daripada tidak memberikan sumbangsih apa-apa.

Semoga saja ada yang membaca, bisa menjadi bahan peritimbangan, syukur-syukur dilaksanakan. He.
Bersambung....