Tips Membangun
Sekolah Unggulan
Prito Windiarto
Beberapa waktu lalu, saya
berkesempatan satu mobil dengan kepala sekolah tetangga. Beliau bercerita
banyak hal, salah satunya tentang perkembangan sekolah. Beliau mengisahkan
tentang dirinya dan beberapa teman yang lain yang mengadakan studi banding ke
sekolah lain. Sekolah yang dituju adalah sekolah swasta. Meski swasta pamornya
lebih mentereng daripada sekolah negeri. Sekolah itu (SMA PGRI) bersebelahan
dengan sekolah negeri (SMA Negeri). Hebatnya sekolah yang notabene swasta itu
malah menjadi pilihan pertama calon siswa, bukan sekolah negeri. Sesuatu yang
tidak begitu lazim.
Pertanyaan mendasarnya, mengapa
sekolah swasta itu lebih diminati? Apa magnetnya? Tenyata setelah diselisik ada
pada kegiatan ekstra. Kegiatan ekstrakurikulernya beragam, tiap hari ada. Siswa
disuguhi macam-maca eksta, dari mulai yang wajib, hingga pilihan seperti bela
diri, KIR, pecinta alam, dll banyak sekali. Siswa merasa senang karena ada
nilai plus sekolah di sana, tidak melulu intrakurikuler.
Tips sederhana itu tak ada
salahnya diikuti. Seperti yang sudah diprediksi banyak pakar, bertahun ke depan
di dunia ini bukan lagi gelar (S1, S2, S3) yang dicari melainkan kemampuan,
keterampilan, skill. Buat apa bergelar Doktor tapi tak punya skill? Lebih baik
hanya lulusan SMA tapi punya keterampilan mumpuni. Begitu arus pendidikan ke
depan. Di Indonesia memang belum, gelar masih jadi primadona, jadi standar.
Tapi di luar negeri sudah mulai. Kampus mulai ancang-ancang buat lembaga kursus
yang mengasah keterampilan tak lagi memasarkan gelar-gelar.
Itu fenomena global yang mungkin
tak lama lagi juga merasuk ke Indonesia. Nah, esok lusa akan banyak CEO (Dirut)
yang seperti Mark Zukenberg, gak ergelar namun sukses bukan main.
Karena itu sekolah juga harus
mengantisipasi itu. Dengan apa? Salah satunya dnegan memperbanyak ekstra.
Ekstra adalah salah satu saran mengasah skill siswa. Keterampilan yang
digojlok.
Semua Perlu Modal
Meski begitu tentu ada tantangan
awal, salah satunya perlu modal. Membuat ekstra bukan pekerjaan sim salabim.
Perlu SDM yang oke. Mengapa ekstra di beberapa sekolah kurang bagus? Salah
satunya karena pelatih/pembina/instrukturnya kurang mantap.
Pelatih/pembina/instruktur (karena alasan dana) diambil dari guru yang bisa
jadi sejatinya kurang menguasai. Ekstra Voli, Sepak Bola, Takraw diserahkan
pada guru olahraga yang bisa jadi sebenarnya kurang menguasai, ya hasilnya
kurang oke. Ekstra pramuka diserahkan pada guru yang kurang begitu ngeh, ya
jadi kurang ngeh. Ekstra bela diri ditugaskan pada guru B, yang tidak begitu
lihai, ya jadinya apa adanya.
So, langkah awal memang modal.
Modal untuk mendatangkan pelatih/pembina/instruktur yang profesional. Bukan
asal comot, asal ada. Awalnya mungkin berat, namun jika diseriusi akan
memberikan manfaat. InsyaAllah.
Buktinya sudah ada. Hanya kita
kadang cepat-cepat memvonis. Ah apa iya? Ah yang dulu itu aja gak bener dll?
Jadinya mengeneralisasi.
Sekian dulu. Saya ini orangnya
memang kadang hanya bisa berteori. Praktinya bisa jadi kurang. Bisanya Cuma
usul, kerjanya kurang. Tapi menurut hemat saya, tak apa-apa toh, daripada tidak
memberikan sumbangsih apa-apa.
Semoga saja ada yang membaca,
bisa menjadi bahan peritimbangan, syukur-syukur dilaksanakan. He.
Bersambung....