2.11.13

Mahfuzhat




Bismillahirrahmanirrahim

Baiklah. To the point ya. Menurut hemat saya, pelajaran Mahfuzhat adalah salah satu hal yang membedakan pondok Modern dengan sekolah umum, aliyah, maupun pondok lain. Mahfuzhot yang merupakan kutipan-kutipan pepatah Arab merupakan salah satu keunikan tersendiri. Memang benar di sekolah/pesantren lain juga suka diajarkan perihal pepatah bijak, tapi apakah mereka membakukannya dalam pelajaran khusus? Saya rasa tidak (atau belum).
Kalaupun ada biasanya terintegrasikan dengan pelajaran lain. Tidak salah memang. Tapi, menurut saya tetap lebih mantap jikalau diajarkan dalam pelajaran khusus. Dengan adanya jam/mata pelajaran khusus maka aka nada kesempatan untuk mengeksplorlebih kata bijak itu.

Bahkan, tentu saja ada kesempatan untuk menghafalkannya. Silakan cek, saya rasa alumni pondok modern, bagaimanapun, ia “pasti” hafal minimal 1 atau 2 mahfuzot. Kenapa itu terjadi? Tak lain, karena di mata pelajaran mahfuzhot para santri diwajibkan menghafalkannya. Jua terutama mengerti makna yang terkandung di dalamnya.

Nah, kata bijak yang dikutip dalam pelajaran mahfuzhot tentu saja bukan sembarang. Ia melewati seleksi oleh para syuyukh dulu. Pun, bebrepa mahfuzhot tersebut berasal dari para ulama sekaliber Imam Ali Ra, Imam Syafii, Muntanabi, dll. Walau tentu saja kebenarannya tidak mutlak, karena mereka bukan al ma’sum. Tapi bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang alim dan sudah makan asam garam kehidupan. Apa yang mereka ungkapkan adalah sejernih mata air ilmu.

Nah, menurut saya pembelajaran mahfuzhot ini merupakan salah satu sarana penanaman karakter yang efektif. Ketika mereka berjuang, ada semacam “mantra” yang kemudian dipekikan. Kisah Alif Fikri (Ahmad Fuadi) dalam Trilogi Negeri 5 Menara kiranya bisa menjadi bukti nyata. Pun, kisah alumni DH (Temannya ustadz Sofwan) yang konon menjadikan mahfuzhot sebagai penyemangat hidupnya.

Nah, demikian dulu ya analisis yang tumpul dan acak adut ini. Hehe. Ini sekedar respon atas wacana dihilangkannya pelajaran Mahfuzhot dalam “kurikulum” beberapa pondok modern. Amat disayangkan menurut saya jika “cirri khas” ini kemudian dinihilkan. Ini sekedar saran dari pribadi yang banyak kekurangan, mohon maklum.
Prito Windiarto, Alumni PPM Darul Huda, Banjar, 2009. Alumni Ponpes Arrahmaniyyah, 2013



Tidak ada komentar:

Info CPNS PPPK 2019 & Pelajaran Bahasa Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...