Contoh Menulis
Cerpen Remaja “FIRST
LOVE”
Menulis cerpen
merupakan salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia kelas 9. Pada materi ini
diharapkan para siswa dapat menulis cerpen sendiri
“FIRST LOVE”
Meliani Lestya
Siang itu aku masih di
sekolah. Seperti biasa aku masih menunggu sahabatku, Rani yang sedang membeli
makanan di kantin sekolah.
“Hai,
Ir, lama ya?”, ucap Rani yang datang menghampiriku
“Mmh…
lumayan”, balasku.
“Ayo
kita pulang! Kita kan ada tugas kelompok, jadi harus cepet-cepet.”
“Iya,
iya.”, ucap Rani
Akupun segera pulang ke
rumah dan bersiap untuk mengerjakan tugas kelompok di rumahnya Dara.
“Assalamualaikum,
Dara where are you?” ucapku sambil mengetuk pintu rumah Dara.
“Waalaikumsalam,
berisik sekali sih kamu.”, ucap dara sambil membuka pintu.
“Hehe,
maaf-maaf. Aku boleh masuk ga nih?”
“Boleh
donk, ayo masuk!”
“Terima kasih neneng cantik”
“Ikh
kamu, rese deh”
“Biar,
aku ini. Yuk cepet ngerjain tugasnya!”
“Rani
kan belum datang”
“Oh,
iya ya, bentar aku calling dulu!”
Aku pun menelepon Rani
yang dari tadi belum datang.
“Hallo, Ran! Koq belum
kesini? Kita udah nungguin lama nih, cepetan!”
“Hmm, kayaknya aku ga
bias deh Ir, soalnya mendadak aku ga enak badan, maaf ya!”
“Oh, gitu ya, ya udah
cepet sembuh deh kalo gitu!”
“Iya, makasih ya.”
“Iya, sama-sama” sambil
menutup telepon.
“Gimana
Ir?” Tanya Dara
“Katanya
dia ga bias ikut, mendadak ga enak badan.”
“Oh,
gitu ya. Ya udah kita kerjain berdua aja!”
Ketika kami sedang
asyik mengerjakan tugas, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara sms masuk di
hp-ku, yang kebetulan suaranya seperti bom itu.
Duarrr…
Serentak kami berdua
kaget dan langsung menjerit.
“Irnaaa…
kamu ya, suara sms-mu itu loh, bikin jantungku berdebar, untung gak jantungan.”
Teriak Dara padaku.
“Hahaha,
maaf-maaf, aku juga yang punya ikut kaget, gimana kamu yang ga tau.”
“Huh,
dasar kamu!”
Tanganku langsung
mengambil hp yang ada di dalam tas.
“Mmm..
pesan dari siapa ya?” ucapku sambil membuka tas.
“Coba-coba
aku lihat!” ucap Dara yang langsung nyerobot ngambil hp di genggamanku lalu
dibukanya.
“Ciee-ciee
Irna, Ciee..!” ucap Dara padaku sambil cekikikan.
“Apaan
sih kamu, coba sini aku lihat!”
Akupun langsung
mengambil hp yang dipegang Dara.
“Haaaahhh,,,
ini beneran? Aku ga mimpi kan?” ucapku sambil melongo tak percaya.
“Ciee-ciee
Irna, bahagia nich?” ucap Dara
“Banget
tahu, ga nyangka deh dia bias sms aku.”
“Ya,
barangkali dia suka sama kamu.”
“Hmmm..
mungkin. Semoga saja.”
Tugas kami pun selesai
dan aku pun berpamitan pada Dara.
“Dara
aku pulang dulu ya, jangan kasih tau orang lain tentang sms tadi, ok!”
“Ok,
tenang aja.”
Aku pun pulang ke rumah
dan sesampainya di rumah akupun langsung sms pada Rio (orang yang tadi sms).
“Sore, Rio!”
“Sore juga.” Balas Rio
“Lagi ngapain sore-sore
gini?”
“Biasalah nonton TV.”
“Oh, gitu ya. Eh..
minggu depan kan liburan ya?”
“Iya, emang kenapa?”
“Nggak apa-apa. Seneng
aja, kamu ikut ga?’
“Ikut dong, masa nggak.
Apalagi bareng kamu.”
“Mmm.. bias aja kamu!”
“Eh, udah dulu ya, aku
mau mandi dulu.”
“Ok!”
Sorepun berganti malam.
Hmmm… rasanya hari ini hari yang paling menyenangkan untukku. Bisa deket sama
orang yang dari dulu aku kagumi, Rio. Ya, dia orangnya baik, pinter, cakep
lagi, sama seperti cowok idamanku.
Pagi pun tiba. Aku
siap-siap untuk pergi ke sekolah. Saking semangatnya, sampai-sampai aku lupa
sarapan dan langsung berangkat ke sekolah. Ayah dan ibu pun sangat heran
melihat tingkahku yang suka senyum-senyum sendiri. Maklum orang bahagia.
Sesampainya aku di
sekolah, aku pun disambut hangat oleh kedua sahabatku yang cerewet dan bawel
itu.
“Irnaaa…!!!”
teriak Dara dan Rani.
“Duhh..
kalian berisik banget deh.” Ucapku sambil menutup kuping.
“Nggak
apa-apa kita ini, ya gak Ran?” ucap Dara.
“Betul,
betul, betul.” Timpal Rani
“Eh,
kalian lihat Rio ga?” tanyaku pada Dara dan Rani.
“Nggak
tuh, belum datang kali, atau mungkin di kantin.” Ucap Rani
“Ciee,
ciee, yang nyariin Rio.” Ucap Dara.
“Nggak
apa-apa emang ga boleh gitu?” ucapku seraya pergi ke kantin sekolah, ya bukan
mau jajan sih, tapi untuk nyari Rio.
Ternyata benar, Rio ada
di kantin sedang asyik mainin hp sambil nyantap bakso.
“Hai,
Ri!” sapaku pada Rio.
“Hai,
eh udah datang, tumben pagi banget, nggak biasanya!”
“Ya,
kan pengen cepet-cepet ketemu kamu, hehe. Gak kok becanda, emang ga boleh ya
aku datang pagi?”
“Ya,
bukan ga boleh sih, tapi tumben aja.”
“Eh,
minggu depan jadi kan?’
“Apa?”
“Liburan.”
“Oh,
ya jadilah, kamu bareng aku aja ya!”
“Mmm…
oke deh.”
Kring.. kring..
Bel masuk pun berbunyi.
Aku dan Rio segera menuju kelas dan belajar seperti biasa.
Hari-hari ku lalui
selalu bersama dengan Rio. Jajan bareng, becanda bareng, sampai ngerjain tugas
sekolah pun bareng. Sampai-sampai aku hampir lupa dengan kedua sahabatku yang
bawel itu. Tapi mereka ngerti kok, mereka juga memaklumi malah mendukung aku
untuk deket sama Rio. Walau mereka pernah ngambek juga.
Dan.. hari yang
kutunggu-tunggu itu pun tiba. Yaitu hari libur, dimana sekolah mengadakan liburan
ke puncak.
Yeaaayyy…. Seneng
banget. Jadi aku bisa deket sama Rio.
Pagi itu kami
bersiap-siap di sekolah untuk pergi ke Puncak. Dengan mengendarai bus kami pun
berangkat.
Sesampainya disana, aku
turun dari mobil sambil membawa koper yang berisi seabreg keperluanku untuk 3
hari itu. Huuhh.. luamayan berat. Tiba-tiba Rio pun menghampiriku.
“Ir,
perlu bantuan ga nih?’
“Eh,
untung kamu datang, ya perlu bangetlah, tolong bawain koperku ini dong! Rasanya
berat banget.”
“Ya
udah. Sini aku bawain!”
“Ngerepotin
ga nih? Ntar kamu minta imbalan lagi.”
“Ya
pastilah. Hari gini ga ada yang gratisan tau, haha!”
“Ikh,
kamu ya.”
“Tenang
aja. Imbalannya gampang kok.”
“Awas
ya kalo minta yang macem-macem.”
“Iya-iya
tenang aja napa!”
Sesampainya di Villa,
kami pun beristirahat.
Hari pertama di puncak
kami disuruh meneliti satu jenis tanaman yang ada di puncak dan dilakukan
secara berkelompok. Dan kebetulan aku, Rio, Rani dan Dara satu kelompok. Seneng
deh bisa satu kelompok sama Rio, selain aku bisa deket sama Rio, dia juga sangat
mahir kalau soal meneliti. Jadi gak khawatir dapat nilai kecil.
Hari kedua di puncak,
kita jalan-jalan keliling puncak. Kami selalu ber-empat pastinya. Setelah capek
berkeliling kami pun kembali ke Villa dan beristirahat.
Malamnya, aku, Rani dan
Dara berada di luar villa, menikmati suasana indahnya malam di puncak, tentunya
sangat sejuk. Ya cocoklah dengan suasana hatiku.
Ketika aku sedang asyik
mengobrol dengan Rani dan Dara, tiba-tiba Rio memanggilku.
“Irna
sini dong! Aku mau minta imbalan yang kemarin.”
“Aduh,
minta apa sih dia?” ucapku sambil kebingungan.
“Udah,
samperin aja. Siapa tau minta hati, haha!” Ucap Dara dengan nada bawelnya itu.
“Ya
sudah, aku kesana dulu ya!” ucapku sambil meninggalkan Rani dan Dara.
“Kamu
mau minta apa dariku?” ucapku dengan nada bingung.
“Aku
mau minta itu.” Balas Rio
“Apa?”
“Itu”
“Apa
sih?”
“Hatimu.”
“Maksudmu?”
dengan ekspresi sedikit girang dan kebingungan.
“Ya,
setelah beberapa lama ini aku selalu dekat dengan kamu dan disitulah aku mulai
merasakan ada sesuatu dalam hati aku. Aku merasa nyaman saat disampingmu, dan
aku merasa bahagia bila hariku diisi olehmu. Maka dari itu, aku mau nawarin
sesuatu sama kamu.”
“Apa
itu?”
“Mau
gak jadi pacarku?”
“Mmm,,,
gimana ya? Nggak deh!”
“Oh,
ya udah maafin aku ya udah lancang ngomong kayak gini.” Ucap Rio dengan penuh
kekecewaan.
“Nggak,
maksud aku nggak nolak.”
“Hah!
Yang bener? Serius nih?” ucap Rio kegirangan.
“Ya,
beneranlah masa sih aku nolak cowo kayak kamu.”
“Makasih
ya Ir. Aku janji ga bakal nyakitin kamu dan akan selalu mencintai dan
menyayangimu.”
“Janji
ya!”
“Iya
Irna sayang. Jadi kita resmi jadian nih?”
“Iya
dong!”
“Ciee,,,
ada yang jadian nih.” Ucap Dara yang bawel itu.
“Ekhem,
ekhem kejadian juga ya? Haha.!” Timpal Rani.
“Ikh,
kalian ya, bisa diem gak sih, gak liat apa ada orang lagi seneng?” ucapku.
“Iya
nih, ganggu aja kalian.” Timpal Rio.
Kami berempat pun
tertawa bersama.
Hmm… malam ini adalah
malam paling bahagia untukku. Disamping aku dapat sahabat-sahabat yang baik,
aku juga mendapatkan seseorang yang spesial di hatiku. Ya,,, ini adalah kisah
cinta pertamaku. Cinta pertama yang sangat berkesan dalam hidupku.
Demikianlah Contoh Menulis
Cerpen Remaja “FIRST
LOVE”