Mozaik 7
PAGI YANG MENAKJUBKAN
-awal dari sebuah perjalanan mengesankan-
Pagi ini dalam boncengan motor paman, aku gugup. Hari ini tepat 25 Juni aku akan mengunjungi sebuah tempat yang masih asing dimataku, misterius: Pondok pesantren. Sebuah tempat yang mungkin saja akan menjadi tempat belajarku selanjutnya.
Aku gugup diiringi cemas membayangkan kehidupan pesantren, mengira-ngira keadaanya yang konon kumuh dan jorok.
“Nah, satu Kilometer lagi kita sampai” Ucap paman, tiba-tiba memecah lamunan.
“ Jalan yang belok ke kanan tadi ke pondok putri, yang ini ke putra” lanjut beliau.
Aku hanya mengangguk dan ber”emm” ria dibelakang beliau.
Beberapa menit kemudian tampak berjejer sebuah kompleks, berjejer beberapa bangunan, didepannya dua pohon palm berdiri tegap, tak dinyana pamanku membelokkan motor memasuki kompleks itu, sebuah bangunan megah 2 lantai menyambut kami, dibelakangnya di dataran yang lebih tinggi berdiri bangunan memanjang, tembok beton membentengi bangunan memanjang itu. Tepat di depan bangku tembok yang di payungi pohon kersen kami berhenti, kemudian turun.
“teng-teng, teng-teng, teng-teng”, tiba-tiba lonceng yang berada 5 meter disampingku berdentang dipukul seseorang, memekakan telinga. Dentangan yang kemudian hari aku pahami sebagai sebuah irama nan indah memesona.
Tak dinyana selepas dentangan itu, banyak santri berdatangan, berseragam olahraga, tak lebih dari 5 menit seratusan lebih santri duduk menyemut di depan tangga bercat biru, menghadap tiga orang santri yang duduk di tangga. Salah satu dari 3 santri itu kemudian berdiri, santri berperawakan tegap, mata tegas-tajam. Selepas salam, ia berbicara lantang. Aku menyimaknya jelas, sungguh aneh, aku tak memahami apa yang dikatakannya.
“ Al’an alaikum an ta’kulu, tsumas tahimu, isti’edadan li imitihani hifzil qur’an. Qobla sa’ati ta’siah alaikum an tajtamiu’ filmasjid bilibasin rosmiyin, fahimtum?!”.
“Fahimna” serempak ucap seratusan santri.
“Intabi man yataakhor” ucap si mata tajam. Lalu santri sebelahnya gantian berbicara, namun aku tak jelas mendengarkan apa yang diucapkannya karena tiba-tiba ada seseorang seumuranku berpakaian putih-hitam, berkacamata, berdasi, bersepatu panthopel menghampiri kami.
“ Maaf pak, ada yang bisa saya bantu ?” tawarnya ramah.
“ Oh engga, kami hanya ingin melihat-lihat dan tanya-tanya tentang pondok ini” Jawab Pamanku.
“Kalau bergitu mari saya antar berkeliling, oya sebaiknya saya antar dulu ke kantor KMI, kebetulan ada Ustadz Miftan, supaya lebih jelas tanya-tanyanya , mari Pak!”.
Kami beranjak, aku mengikuti langkah remaja tadi, pamanku memarkir motor ke depan kantor yang hanya sekitar 20 meter di depan kami. Kemudian masuk, nampak seorang lelaki muda sedang duduk di shofa mendaras al-qur’an, kami beruluk salam, ia menjawab dan menyambut kami hangat.
Setelahnya kami (lebih tepatnya paman dan ustadz muda yang kemudian aku tahu bernama Miftah) berbincang, membahas ini itu, aku menyimak takjim.
“nah adik, nanti kalau sekolah disini, akan tinggal di asrama, mandi, makan, belajar, sholat, bahkan jajan semua dalam kompleks ini”.
“Terintegrasi “ ungkapnya ramah padaku.
Aku hanya mengernyit.
“ Tapi tenang, Insya Alloh gak ngebosenin ko. Ada banyak teman disini dari berbagai daerah. malah tadi yang barusan nganter adik namanya Mumtaz jiddan dia berasal dari pulau bangka” .
“Oh” aku ber-oh ria. “Selain itu disini full aktivitas, Insya Alloh tidak akan ada istialah melamun, bengong tak keruan”. Kemudian ia menjelaskan tentang detail pondok, fasilitas, biaya, dewan guru, sampai kurikulum termasuk nama-nama pelajaran. Aku terheran mendengar nama mata pelajaran: balaghoh, ushulul fiqih, mantifq, faroid.
“Tapi dari kesemua itu yang menjadi ciri khas kami adalah penggunaan bahasa resmi arab-inggris yang diwajibkan kepada seluruh santri” aku terperangah
“Wajib ?”
“ Ya…. Wajib, santri baru dan lama terus dibina untuk menguasai kedua bahasa itu, oya agar lebih mantap, bagaimana kalau kita berkeliling? Mari!” ajaknya.
Kemudian kami beranjak berkeliling, ustadz Miftah menunjukkan bangunan satu persatu “ ini kantor KMI, sebelahnya ruang TU, terus yang itu rumah pimpinan, nah bangunan yang memanjang itu asrama, mantiqoh kami menyebutnya.
Aku membaca plang yang terpampang disamping bangunan “ Balai Pendidikan Pondok Pesantren Modern Darul Hijrah -Banjar Jawa Barat” aku memberanikan diri bertanya.
“Ustadz kenapa namanya Darul Hijrah ?”
Beliau hanya menyungging “Nantilah kalau adik sudah resmi masuk ke pondok ini, Insya Allah saya jelaskan”.
“ Anggap saja itu dorongan motivasi biar adik masuk pondok “ ucapnya halus lembut, aku mengangguk.
Setelahnya kami berkeliling ke sudut lainnya, ruang kelas, WC, dapur, lapangan “coklat” –karena tak ada rumput yang tumbuh-, bukit, koperasi dan lainnya. Aku belum paham detail.
Tepat didepan asrama, ketika paman dan ustadz Miftan asyik berbincang, aku memisahkan diri mencoba mendekat, beberapa santri bersarung rapi dan berkopiah hitam tersenyum ramah, lainnya malah mengajakku berkenalan.
“ Oya, saya Saepul asli Jakarta kelas 2 KMI” ucapnya pede.
“ Huh.., kadzib ente, shodiq fakot, min Cikondang kadzalik ” sahut lainnya, aku tak paham.
“ Sur’ah-sur’ah ba’da qolil jaros” seseorang berteriak di ujung asrama, lagi-lagi aku tak mengerti.
“ Oya, maaf kami permisi dulu” mereka pamit, aku mengangguk.
Setelahnya mereka nampak lari tergesa.
Dua menit kemudian lonceng berdentang memecah sunyi, asrama kini kosong melompong, “kemana mereka?”
Pertanyaan yang terjawab kemudian ketika kami mengunjungi masjid, seratusan santri antusias melafalkan ayat suci, aku merinding mendengar keramaian yang indah itu.
Sayang kunjungan di tempat misterius ini harus berakhir, kunjungan di pagi yang begitu menakjubkan, sungguh.. Siang menjelang ketika kami beranjak pulang, matahari mendekati kulminasi, tegas menyinari bumi.
“Sampai jumpa DH, semoga aku bisa mengunjungimu lagi” ucapku dalam hati.
***
Rukre, Siang-sore, R04/08/10
Mozaik ini dipersembahkan untuk seseorang yang begitu ramah menyambutku pertama kali masuk DH -Ustadz Miftah (Abeng)- senyum ramah yang takan pernah terlupa. Dimanakah beliau kini berada?, aku tak tahu. Kalau ada yang tahu, Silakan kabari aku.
1. “Huh bohong kamu, jujur aja!!, dari cikondang gitu”
2. “cepat-cepat sebentar lagi bel/lonceng berbunyi
mozaik 1-6 bisa dibuka di www.pena-santri.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar