sy mau protes soal gelar2...
(oleh Darwis Tere Liye pada )
jika kalian nanti naik haji; terus sudah pulang dgn selamat.. please ya jangan pernah mencantumkan kata "haji" di depan nama.. isin-isinin... malu2in.. abu dzar al ghifarri, miskin, sahabat rasul yg terjamin masuk surga, berkali2 naik haji, tp gak pernah dlm riwayat apapun mencantumkan kata "haji" di depan namanya.... kecuali kalian merasa lbh oke dibandingkan abu dzar yg hari pertamanya sj masuk islam sudah teriak2 di ka'bah berdakwah ttg kebenaran rasul Allah... *lagipula mabrur sj belum tentu tuh hajinya yg minta dipanggil "haji"
jika kalian nanti pandai ceramah, diundang dimana2, jangan mau dipanggil ustad, kiyaihaji, syekh atau apalah ya.. duuhh, malu2in.. kecuali kalian bisa jalan di atas air.. atau terbang kayak burung... lah, umar bin khattab saja, yg bisa meneriaki pasukan nun jauh di negara musuh sana, yg bisa memerintahkan sungai nil berair lagi (dalam riwayat yg tahu deh dhaif atau beneran), yg setan sj takut sama dia, yg terjamin masuk surga, dalam ratusan riwayat tdk pernah secuil pun di panggil almuqarram, syekh, dsbgnya itu... kecuali kalian merasa lbh mulia dibandingkan umar bin khattab, silahkan (lah sy nulis namanya sj gemetar ini).
kita nih hari ini hidup di dunia "omong-kosong".. bukan cuma soal gelar alim, orang2 juga sibuk mencantumkan gelar; riwayat pendidikan, penghargaan, bangga betul dgn semua itu, dsbgnya.. padahal ibnu sina, alghazali, dalam banyak riwayat tdk sekalipun mencantumkan kecemerlangan pendidikannya..
menurut saya, kata alim-ulama, itu lbh merujuk pd "orang2 yg mempelajari".. bukan orang2 yg terpelajar.. karena kita tdk pernah otomatis jd terpelajar dgn modal duduk dan baca banyak ilmu.. kita tidak otomatis jd kiyaihaji dgn terlihat saleh dan rajin ibadah.. tahu deh, hingga kapan orang2 akan belajar ttg fakta: ada satu surah di alquran yg menggunakan nama seseorang yg bukan nabi, bukan rasul bukan 'alim-ulama', dsbgnya itu.. tp hanya seseorang... yg meski hanya seseorang, kemuliaannya membuat dia dituliskan sbg naman surat.
jadi berhentilah menyebut seseorang dgn kiyai haji, syekh, al-ustad, doktor, profesor, dsbgnya.. kalau orang ybs memang sibuk minta disebut begitu, biarin saja dia yg sibuk; saya? bah sy tdk akan memanggil mereka seperti itu.. (kecuali buat olok2--dan yg sy panggil demikian merasa betul kalau sy mengolok2 dia);
kemuliaan hanyalah milik Allah; kita dikasih sepersejuta kemuliaan itu sj sudah cukup bikin daun2 berguguran kok.. jd, selalu kembalikan sj semua itu kepada Allah; dgn demikian insya Allah kita termasuk orang2 yg pandai bersyukur.. *duuh, kenapa gw jadi ceramah ya? tahu deh.
Oktober 2008
*Penulis novel hafalan shalat Delisa
** telah mendapat izin untuk share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar