Profil
Bintang Kamus
Yoga Nuari:
Jangan merasa
hebat, terus belajar!
Yoga
Nuari. Nama itu tentu saja tidak asing bagi mahasiswa Diksatrasia. Ketua
tingkat 4 E ini beberapa waktu lalu menyabet penghargaan sebagai sutradara
terbaik dalam pentas drama Pekan Indonesia Kreatif 2012. Pada kesempatan ini
kita akan berkenalan lebih jauh dengan sosok ramah nan murah senyum itu.
Yoga lahir di Ciamis 31 Januari
1991. Kini masih menempuh pendidikan di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Galuh. Lelaki yang pernah menjadi ketua Ikatan Remaja
Masjid (IRMA) SMA 3 Ciamis ini mengaku begitu mencintai seni peran. Awal
ketertarikannya ketika diajak begabung bersama Teater Tarian Mahesa Ciamis
(TTNC) guna mementaskan lakon “Seribu Sang Saka.”
Penyuka warna hitam, biru, dan
merah ini bercerita tentang pengalamanya ikut andil dalam beberapa pementasan
drama. Pertama, pentas “Seribu Sang Saka” bersama TTMC, kali pertama bermain
sebagai aktor bernama Tatang. Pengalaman pertama mengenal teater yang begitu
mengesankan. Ia diajari langsung oleh sang guru mumpuni, Gusdur Mahesa.
Selanjutnya bersama Ksatria mementaskan “Ritual”. Yoga berperan sebagai asisten
sutradara sekaligus aktor (orang 1). Dalam pentas inilah ia belajar bagaimana
bertanggung jawab atas apa yang diperbuat, belajar menghargai personel yang
lain. Sampai sekarang ia merasa dalam pentas “Ritual”lah ia berperan paling
nyaman, karena ditopang dengan suasana yang mendukung.
Berikutnya, pria yang suka
pelajaran seni ini menceritakan penagalamannya mementaskan lakon “Kawin Ucing”
arahan sutradara Didon Murdani. Pentas “Kawin Ucing” mengajarinya untuk tetap
rendah hati, terus belajar, dan peka terhadap sekitar. Terakhir ia mengisahkan
pengalamannya mementaskan “Bendera Setengah Tiang” bersama Ksatria. Kali itu lelaki
yang mengagumi sosok Yus Rusmana Sudia ini berperan sebagai sutradara sekaligus
pemain. Persiapan dua minggu berbuah manis. Pentas drama “Bendera Setengah
Tiang” ditabsihkan sebagai juara umum pentas drama Pekan Indonesia Kreatif 2012.
Mahasiswa yang pernah sekolah di SD
Negeri 4 Buniseuri dan SMP N 1 Cipaku ini melihat adanya kemajuan kreatifitas
mahasiswa Diksatrasia. Ia sangat mengapresiasi rekan-rekannya dan berpesan agar
kreatifitasnya ditingkatkan. Ia juga mengingatkan agar mahasiswa terus menambah
cakrawala kesastraan, karena menurutnya masih banyak khazanah sastra lainnya
yang belum terjamah. Ia menyarankan agar para mahasiswa tidak merasa cukup
belajar di kampus, namun juga belajar di luar, misal bersama komunitas dan atau
belajar dari internet. Mahasiswa Diksatrasia selajimnya tidak merasa puas dan
berleha-leha.
Pada kesempatan itu, mantan wakil
ketua UKM Pasma Unigal dan Ketua Tater Pijar ini, mengampaikan pesan agar
mahasiswa tidak merasa orang yang hebat, cerdas, pintar, namun kemudian
berhenti belajar. Menurutnya, orang yang merasa dirinya hebat sebenarnya adalah
orang yang paling bodoh.
“Dalam hal apapapun, jangan merasa
dirinya yang paling wah. Di luar sana banyak yang belum kita dapatkan. Terus belajar!” Pungkasnya.
Pernah dimuat di Tabloid Lingiustika
***pritowindiarto.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar