13.11.14

Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku






Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku


Oleh : Prito Windiarto

            Pengakuan kita sebagai seorang muslim sejatinya tak hanya cukup dengan ungkapan lisan. Memang benar, syahadatain adalah persaksian kita sebagai seorang muslim. Pertanyaannya, apakah cukup hanya demikian? Tentu saja jawabannya tidak. Dalam menjalankan Din hanif ini (Islam), bukan sekedar lisan yang terucap, bukan hanya keyakianan di hati, tapi juga pengejewantahan amal dalam pemenuhan kewajiban.
            Sebagai seorang muslim hakiki (sejati) sudah selazimnyalah kita mengetahui apa saja kewajiban kita kepada Allah SWT. Bukan sekedar untuk diketahui, namun lebih dari itu dilaksanakan dalam perbuatan. Dalam kenyataannya kewajiban kita terhadap agama ini banyak jumlahnya. Karena itu pada kesempatan ini dengan  keterbatasan ilmu yang saya miliki, kita akan membahasa beberapa bagian saja. Kewajiban yang dimaksud yaitu :

1.      Kewajiban Beriman dan Berislam Secara Kaafah
Kita sudah tak ragu lagi tentang kewajiban beriman dan berislam secara kaafah (paripurna). Dalam surat An Nisa ayat 36 Allah SWT berfirman, yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
Ayat tersebut menerangkan pentingnya beriman dengan sungguh-sungguh. Dalam ayat lain ditegaskan, “Udkhulu fissilmi kaafah” yang artinya masuklah Islam secara kaafah (menyeluruh). Dalam hal ini kaafah bisa juga diartikan dengan sebenar-benarnya. Dalam kaitan iman, artinya kita beriman terhadap 6 rukun iman dengan keyakinan mantap. Ditekadkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diaplikasikan dengan perbuatan. Begitu halnya dalam berislam, kaffah diartikan menjalankan ke-5 rukun islam dengan sebaik-baiknya sesuai petunjukNya dan tuntunan Rasulullah SAW.

2.      Kewajiban berdakwah
           Perihal kewajiban ini, Allah telah berfirman:  Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah yang benar dan kuat) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan baik” (QS. An-Nahl: 125)
           Rasulullah SAW bersabda, “Antum dua’at qobla kulli syaiin” artinya, “Kalian adalah da’i (penyeru) sebelum menjadi segala sesuatu.” Dalam hadits lain beliau bersabda “Balligu anni walau ayah” (Sampaikan dariku walau satu ayat).
            Dalam tataran pemahaman konteks dakwah dewasa ini, ada hal yang disayangkan, makna dakwah seperti disempitkan hanya sebatas pada ceramah, tausyiah, atau sejenisnya. Padahal kalau kita telisik lebih jauh makna dakwah (menyeru) tak sesempit itu, melainkan luas.. Initisari dakwah adalah menyeru orang lain pada jalan Allah, pada kebaikan-kebaikan tapi tak selamanya berbentuk lisan. Diam nya diri kita di tengah debat kusir bisa jadi termasuk bagian dari dakwah. Atau contoh lain dakwah lewat tulisan (dakwah bil qolam).
Hal lain yang disayangkan adalah opini bahwa dakwah hanya menjadi kewajiban ulama, dakwah hanya mungkin dikerjakan dalam tataran umum. Padahal sejatinya tidak demikian. Dakwah sekali lagi adalah kewajiban kita. Jika lah belum bisa pada tataran umum kita bisa memulainya pada diri sendiri, mendakwahi pribadi, kemudian keluarga, kerabat, tetangga dan kemudian masyarakat umum. Perihal faidah menyeru pada kebaikan, Rasulullah bersabda, “Man dalla ala khoirin falahu mitslu ajri failuhu” (H.R. Muslim) yang artinya “Sesiapa menunjukan seseorang pada kebaikan, maka baginya ganjaran seperti orang yang melakukan kebaikan itu.”



3.      Menuntut Ilmu
           Menuntut ilmu adalah kewajiban seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda “Tholabul ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimim” (Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim). Perihal keutamaan orang yang menuntut ilmu Allah SWT menegaskan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 : “"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." Kewajiban ini dimulai sejak kecil sampai kita meninggal. Dalam petuah Arab disebutkan “Utlubul ilma minal mahdi ila lahdi” (Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai liang lahat).
           Bagi para penuntut ilmu, Allah SWT menjanjikan kemudahan masuk surga, dalam hadits riwayat muslim disebutkan “Sesiapa meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” Juga jaminan dari-Nya “Barang siapa keluar mencari ilmu maka ia di jalan Allah hingga kembali.”
          
           Ketiga kewajiban itu tentunya hanya sebagian dari kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT. Poin utama dari semua ini, sekali lagi, adalah bagaimana kita menunaikan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sebenar-benarnya. Dengan totalitas kita melaksanakan kewajiban, insyaAllah Yang Maha Kuasa akan memudahkan jalan kebaikan, menayungi kita dengan rahmatNya dan memasukan kita ke surga-Nya. Aamiin. Semoga.

Wallahu A’lam Bishowab

Apabila artikel ini dirasa bermanfaat, mohon bantu share ya...
Demikianlah Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku

Info CPNS PPPK 2019 & Pelajaran Bahasa Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...