Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku
Oleh
: Prito Windiarto
Pengakuan kita sebagai seorang
muslim sejatinya tak hanya cukup dengan ungkapan lisan. Memang benar,
syahadatain adalah persaksian kita sebagai seorang muslim. Pertanyaannya,
apakah cukup hanya demikian? Tentu saja jawabannya tidak. Dalam menjalankan Din hanif ini (Islam), bukan sekedar
lisan yang terucap, bukan hanya keyakianan di hati, tapi juga pengejewantahan
amal dalam pemenuhan kewajiban.
Sebagai seorang muslim hakiki
(sejati) sudah selazimnyalah kita mengetahui apa saja kewajiban kita kepada Allah
SWT. Bukan sekedar untuk diketahui, namun lebih dari itu dilaksanakan dalam
perbuatan. Dalam kenyataannya kewajiban kita terhadap agama ini banyak jumlahnya.
Karena itu pada kesempatan ini dengan keterbatasan
ilmu yang saya miliki, kita akan membahasa beberapa bagian saja. Kewajiban yang
dimaksud yaitu :
1.
Kewajiban Beriman dan Berislam Secara
Kaafah
Kita
sudah tak ragu lagi tentang kewajiban beriman dan berislam secara kaafah (paripurna). Dalam surat An Nisa
ayat 36 Allah SWT berfirman, yang artinya : “Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.”
Ayat
tersebut menerangkan pentingnya beriman dengan sungguh-sungguh. Dalam ayat lain
ditegaskan, “Udkhulu fissilmi kaafah”
yang artinya masuklah Islam secara kaafah (menyeluruh). Dalam hal ini kaafah
bisa juga diartikan dengan sebenar-benarnya. Dalam kaitan iman, artinya kita
beriman terhadap 6 rukun iman dengan keyakinan mantap. Ditekadkan dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diaplikasikan dengan perbuatan. Begitu halnya dalam
berislam, kaffah diartikan menjalankan ke-5 rukun islam dengan sebaik-baiknya
sesuai petunjukNya dan tuntunan Rasulullah SAW.
2.
Kewajiban berdakwah
Perihal
kewajiban ini, Allah telah berfirman: Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan
hikmah (hujjah yang benar dan kuat) dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan baik” (QS. An-Nahl: 125)
Rasulullah
SAW bersabda, “Antum dua’at qobla kulli
syaiin” artinya, “Kalian adalah da’i (penyeru) sebelum menjadi segala
sesuatu.” Dalam hadits lain beliau bersabda “Balligu anni walau ayah” (Sampaikan dariku walau satu ayat).
Dalam tataran pemahaman konteks
dakwah dewasa ini, ada hal yang disayangkan, makna dakwah seperti disempitkan
hanya sebatas pada ceramah, tausyiah, atau sejenisnya. Padahal kalau kita
telisik lebih jauh makna dakwah (menyeru) tak sesempit itu, melainkan luas.. Initisari
dakwah adalah menyeru orang lain pada jalan Allah, pada kebaikan-kebaikan tapi
tak selamanya berbentuk lisan. Diam nya diri kita di tengah debat kusir bisa
jadi termasuk bagian dari dakwah. Atau contoh lain dakwah lewat tulisan (dakwah
bil qolam).
Hal
lain yang disayangkan adalah opini bahwa dakwah hanya menjadi kewajiban ulama,
dakwah hanya mungkin dikerjakan dalam tataran umum. Padahal sejatinya tidak
demikian. Dakwah sekali lagi adalah kewajiban kita. Jika lah belum bisa pada
tataran umum kita bisa memulainya pada diri sendiri, mendakwahi pribadi,
kemudian keluarga, kerabat, tetangga dan kemudian masyarakat umum. Perihal
faidah menyeru pada kebaikan, Rasulullah bersabda, “Man dalla ala khoirin falahu mitslu ajri failuhu” (H.R. Muslim)
yang artinya “Sesiapa menunjukan seseorang pada kebaikan, maka baginya ganjaran
seperti orang yang melakukan kebaikan itu.”
3.
Menuntut Ilmu
Menuntut
ilmu adalah kewajiban seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda “Tholabul ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimim”
(Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim). Perihal keutamaan orang yang
menuntut ilmu Allah SWT menegaskan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 : “"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat."
Kewajiban ini dimulai sejak kecil sampai kita meninggal. Dalam petuah Arab disebutkan
“Utlubul ilma minal mahdi ila lahdi”
(Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai liang lahat).
Bagi para penuntut ilmu, Allah SWT
menjanjikan kemudahan masuk surga, dalam hadits riwayat muslim disebutkan
“Sesiapa meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.” Juga jaminan dari-Nya “Barang siapa keluar mencari
ilmu maka ia di jalan Allah hingga kembali.”
Ketiga kewajiban itu tentunya hanya
sebagian dari kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT. Poin utama dari semua
ini, sekali lagi, adalah bagaimana kita menunaikan kewajiban-kewajiban kita
kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sebenar-benarnya. Dengan totalitas kita
melaksanakan kewajiban, insyaAllah Yang Maha Kuasa akan memudahkan jalan
kebaikan, menayungi kita dengan rahmatNya dan memasukan kita ke surga-Nya.
Aamiin. Semoga.
Wallahu A’lam Bishowab
Apabila artikel ini dirasa bermanfaat, mohon bantu share ya...
Demikianlah Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku
Apabila artikel ini dirasa bermanfaat, mohon bantu share ya...
Demikianlah Artikel Kewajibanku Terhadap Agamaku