Keyakinan
akan JanjiNya
Prian
Alfan
Keyakinan akan JanjiNya
“Dan
nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memanpukan mereka dengan
karuniaNya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.”
–Q.S An Nur ayat 32-
Saya
termenung cukup lama selepas mendaras ayat di atas. Menelisik ulang sembari
menyusur penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya “Tafsir Qur’annul Azhim.” Mungkinkah ini jawaban dari pertanyaan
yang selama ini menggelayut di benak? Tentang
satu hal yang teramat krusial: pernikahan.
Ya.
Secara naluriah ketika manusia tumbuh dewasa, tentu ada keinginan untuk
menikah, terlepas dari motivasi utama apa yang melandasinya. Meski begitu, nahasnya
seiring hadirnya keinginan, datang pula hadangan psikologis. Terutama apa yang
disebut mental, ketidaksiapan, dll.
Satu alasan umum yang
membuat seseorang –umumnya lelaki- untuk menunda menikah adalah masalah finansial
(keuangan). Yakni kemampuan memberi nafkah. Secara logika, memang masuk akal,
bukan? Jika nafkah belum memadai, nanti anak istri dikasih makan apa? Masakah –bahasa
sarkasnya- diberi makan cinta? Bisa kenyang gitu? He.
Hal
itu jualah yang selama ini menjadi hambatan utama saya dalam melangkah ke
jenjang pernikahan. Kalau masalah calon mah,
InsyaAllah bisa dicari. Minimal dengan mencoba mengajak teman sendiri. Eh?
Emangnya ada mau? Heu.
Namun
selepas merenung ulang ayat di atas diri tersadarkan. Mengapa harus takut,
bukankah sudah ada jaminan dari Sang Maha Penjamin: “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan
Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.”
Masakah
ragu? Meragukan janjiNya bukankah sama saja meragukan keberadaanNya. Terlebih sang
Nabi Saw mengingatkan, “Kawinlah kamu dalam keadaan miskin, pasti Allah akan
memampukan dan memperkaya kamu.”
Selain
itu juga dalam sabdanya yang lain, Rasulullah saw. menegaskan,” “Ada tiga golongan yang pasti ditolong
Allah: yaitu budak yang ingin memerdekakan dirinya dengan cara bekerja keras,
yang ingin melunasi hutangnya, orang
yang menikah demi menjaga diri dari perbuatan maksiat dan para pejuang di jalan
Allah”. ( HR. Tirmidzi )
Bukti
empiris juga menunjukkan bahwa banyak orang yang menggapai kesuksesan selepas
menikah. Ketika bujang banyak yang hidup pas-pasan, setelah menikah
berkecukupan. Logika sederhananya, kata orang tua, menikah itu menyatukan
rezeki dua orang dalam satu biduk, tentu akan lebih banyak. Makanya provokasi
mereka, “Ingin kaya? Menikahlah!”
Bismilah,
berdasar fakta di atas, berlandas keyakian penuh akan janjiNya, saya putuskan
berencana menikah selekasnya. Modal nekat istilahnya. Nafkah dari profesi guru
honorer yang –maaf- selama ini terasa belum begitu memadai. Meski nafkah pas-pasan, tapi keyakinan akan
janjiNya tergenapkan, terlimpahkan.
Saya melangkah.
Alhamdulillah,
prosesnya dimudahkan. Orang tua menyetujui. Calon bisa didapatkan –yang tak
lain sahabat satu genk selama kuliah-
he.
Acara
khitbah akhir Juni lalu berjalan lancar. Sempat takut juga lamaran akan
ditolak. Terutama jika ditanya perihal nafkah yang akan diberikan? Untunglah
hal tersebut tidak ditanyakan. Mugkin calon mertua paham posisi saya yang
notabene hanya guru honorer dengan penghasilan yang pas-pasan. Ah, jikapun
ditanyakan, saya akan berusaha menjawab, memantap-mantapkan diri.
“Hari ini saya memang belum punya penghasilan
memadai. Tapi saya punya Sang Maha Tinggi. Telah termaktub janji, bahwa akan
memampukan diri, sehingga nanti mampu menafkahi.”
Sementara itu sobat karib terkejut
dengan keputusan yang saya ambil.
“Wah, berani banget. Surprise
banget! Tapi aku ikut senang kok.” Ucapnya.
“Syukurlah.Mohon doannya ya.”
“Aamiin. Semoga dimudahkan. Oya, BTW, kamu kok berani pisan. ‘Modalnya’ sudah cukup gitu?”
“Cukup dong, InsyaAllah. Modal nekat
gitu lho.”
“Modal nekat?” Ia tercengang. Saya
tersenyum simpul.
“Modal nekat dan terutama modal
keyakinan akan janjiNya. InsyaAllah.” Begitu lihir dalam hati.
Hari ini ketika
mengetik naskah ini saya sedang menanti detik-detik pernikahan yang tinggal
beberapa hari lagi. Grogi, nervous,
tentu ada. Namun keyakinanakan janjiNya, alhamdulillah
tertanam mantap di dada. Mohon doakan. Semoga
pernikahan ini beroleh keberkahan. Menjadi satu lagi bukti dari Kuasa Sang Maha.
Aamiin. Keyakinan akan JanjiNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar