ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran Membaca
Disusun Oleh :
EMMIE APRIANI
2108090082
2F
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2011
Nama : Emmie Apriani
Kelas : 2 F
NPM : 2108090082
Judul : Bidadari Bidadari Surga
Penulis : Tere-liye
Penerbit : Republika, Jakarta
Terbit : 2008
Tebal : ix + 368
Sinopsis Novel Bidadari Bidadari Surga
Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah: 22).
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah.
Mereka baik lagi cantik jelita. (Ar Rahman: 70).
Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan pertama kali terngiang di langit-langit ruangan:
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah.
Mereka baik lagi cantik jelita. (Ar Rahman: 70).
Suara Mamak berkata lembut saat kisah itu diceritakan pertama kali terngiang di langit-langit ruangan:
bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49)....
Bidadari Bidadari Surga. Novel sederhana yang sarat makna akan kerja keras, pengorbanan, penghormatan, keikhlasan dan cinta keluarga.
Laisa, Bidadari Surga yang turun di lembah Lahambay menjadi kakak yang tidak pernah datang terlambat untuk adik-adiknya. Wanita yang merelakan hidupnya untuk keluarga namun menyimpan tangisnya di hamparan kebun stawbery. Dia selalu berkata:
Betapa indahnya kehidupan di luar sana (diluar Lembah Lahambay). Kalian akan memiliki kesempatan itu, yakinlah....
Kakak berjanji akan melakukan apapun demi membuat semua ini terwujud...."
Dalimunte menyeka ingusnya.
"Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan Kakak, kalian harus rajin
sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang
hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi Ikanuri, Wibisana, Dalimunte, kalian
harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan
yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput...."
(Bidadari-Bidadari Surga, mozaik Sejuta Kunang-Kunang, hal138)
Fisik dan keberuntungan yang berbeda dengan adik-adiknya tak membuatnya rendah diri. Meskipun Ikanaru dan Wibisana pernah tak mengakuinya sebagai kakak, para tetangga yang terus menggunjingkan jodohnya yang tak jua datang, dan para lelaki bodoh yang menghindar berjodoh dengannya hanya karena alasan fisik. Mereka tak menyadari kepribadian Laisa yang begitu mengutamakan orang lain. Begitu ridha dengan takdir-Nya bahwa Ia harus putus sekolah. Pun dalam masalah jodoh, ridha dengan takdir bahwa Ia tidak berjodoh dengan lelaki di dunia fana ini,
Dalimunte, Profesor hebat dengan hasil penelitiannya yang bernafaskan Islam. Dikisahkan dalam penelitiannya, dia membuktikan bahwa mukjizat nabi Muhammad membelah bulan bukanlah kiasan, namun benar adanya bahwa bulan memang terbelah kemudian disatukan kembali. Lalu penelitiannya tentang Badai Elektromagnetik Antar Galaksi yang dipaparkan dalam Simposium Fisika penelitiannya. Badai itulah yang diperkirakan akan membuat seluruh peralatan elektronik lumpuh. Semua itu diawali dari penemuannya tentang Kincir Air 5 Tingkat saat usianya menginjak 12 tahun yang memberikan perubahan besar akan kampungnya, Lembah Lahambay.
Wibisana dan Ikanuri, dua sigung nakal yang rapat satu sama lain, sosok pemberontak, suka membolos, dan jahil. Menyadari betapa berharganya kak Laisa, ketika insiden di gunung Kedeng. Ketika Laisa menyelamatkan mereka berdua dari terkaman penguasa gunung Kedeng. Namun ketika dewasanya sukses dengan bengkel modifikasi mobil.
Yashinta, si bungsu yang cantik dan rupawan yang begitu mencintai alam. Dewasanya sukses menjadi Peneliti konservasi alam, mencintai kegiatan mendaki gunung dan meyelami lautan. Hal itu dimulai dari kesempatannya melihat berang-berang di pagi buta bersama kak Laisa di usia 6 tahunnya.
Mamak, ibu yang ditinggal mati suaminya karena diterkam penguasa gunung kedeng saat mencari madu di hutan. Beliau mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang cerdas dan membanggakan, tumbuh dengan karakter yang kuat dan akhlak yang baik. Yaitu dengan metode bercerita selepas shubuh, seusai shalat bersama, mengaji bersama, Mamak akan menyempatkan diri lima belas menit hingga setengah jam bercerita. Tentang Nabi-Nabi, sahabat Rasul, tentang keteladanan manusia, tentang keteladanan hewan dan alam liar (dongeng-dongeng), negeri-negeri ajaib, dan sebagainya. Dari situlah imajinasi anak-anak terbentuk. Tidak ada gambar-gambar, karena Mamak tidak bisa membelikan mereka buku cerita. Juga tidak ada televisi. Mereka bisa melihatnya langsung di alam sekitar. Lembah mereka. Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan teladan, kerja keras, berdisiplin.
Cerita ini begitu menguras air mata, walaupun ada juga sisi-sisi lucu juga yang buat tertawa. Ada beberapa hal penting yang coba disampaikan dalam cerita ini:
Pesan tentang pentingnya mempunyai sosok teladan bagi anak sejak dari kecil, baik itu orang tua atau saudara, Dari sini saya menyadari satu hal, bahwa tugas menjadi Ibu tidak mudah. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak, mau tidak mau dituntut untuk menjadi sosok yang berilmu dan teladan yang baik bagi anak. Untuk menghasilkan anak yang baik, semuanya butuh proses yang baik. Tidak ada anak-anak di dunia yang instan tumbuh seketika menjadi baik. Masa kanak-kanak adalah masa 'peniru'. Mereka memperhatikan, menilai, lantas mengambil kesimpulan. Lingkungan, keluarga, dan sekitar akan membentuk watak mereka. Celakalah, kalau proses 'meniru' itu keliru. Contoh yang keliru. Teladan yang salah. Dengan segala keterbatasan lembah dan kehidupan miskin, anak-anak yang keliru meniru justru bisa tumbuh tidak terkendali.
Belajar tentang eskpresi cinta, bahwa perasaan itu tidak selalu harus dikatakan, cara menatap, cara bertutur sungguh cermin dari isi hati. Bahwa cinta itu, tidak hanya antara lawan jenis, tapi banyak cinta2-cintayang lain, seperi cinta kita kepada Allah SWT, kepada Rasulullah, kepada orang tua, saudara kita, teman-teman kita.
v Unsur-Unsur Intrinsik
Tema : Kemanusiaan
Alur : Maju-Mundur
Setting :
§ Tempat :
· Lembah Lahambay
· Jakarta
· Gunung Semeru, Jawa Timur
· Prancis
· Swiss
§ Suasana :
· Mengharukan
· Mencekam
· Lucu
§ Waktu : -
Penokohan :
§ Kak Laisa : kakak pertama
§ Dalimute : professor
§ Ikanaru : sigung nakal
§ Wibisana : sigung nakal
§ Yashinta : si bungsu
§ Mamak : ibu
§ Cie Hui : istri Dalimute
§ Cie Wulan : istri Wibisana
§ Cie Jasmine : istri Ikanaru
Sudut Pandang : Orang ketiga
Sudut Pandang : Orang ketiga
Diksi : Gaya bahasa yang digunakan sangat sederhana namun mengena
Amanat : Novel ini mengajarkan tentang arti cinta, keikhlasan, pengorbanan dan kerja keras. “ Dengan tekat kuat dan kerja keras, janji kehidupan yang lebih baik pasti datang”.
Demikianlah ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA
Demikianlah ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar