2.12.15

Contoh Cerpen Remaja Romantis : Jalan Cinta Kita

Contoh Cerpen Remaja Romantis : Jalan Cinta Kita

Jalan Cinta Kita

 Prito Windiarto

“Sudahlah La, berbohong sedikit tak mengapa, toh ini buat kebaikan kita juga!”.
“Tak bisa Ris, aku akan merasa bersalah seumur hidup bila tak jujur padanya, aku merasa mengkhianatinya!”.
Klek….HP ditutup.
Setelah itu Kayla menon-aktikan  HP nya, ia kemudian merebahkan tubuhnya di kasur kamar kost.
Sementara di tempat lain Faris berusaha menghubungi Kayla lagi.
“Maaf nomor telepon  yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi!” selalu suara itu yang ia dengar.
“Sial, Kayla mematikan HP-nya” Faris tak kalah frustrasi.
“Bukankah berbohong demi kebaikan tak apa-apa?” tanyanya dalam hati, “Ah Kayla,” keluhnya lirih.
 Kejadian malam ini sungguh di luar dugaannya. Ditariknya napas dalam-dalam, tiba-tiba angannya melayang membawa dirinya ke acara BAMBA (Bimbingan Akademis Mahasiswa Baru)– semacam ospek – dua  setengah bulan lalu.
Ketika itu acara perkenalan, semua mahasiswa masuk sebuah  gedung pertemuan, karena pintu sempit tanpa sengaja ia menyenggol seseorang.
“Aduh!!” ucap wanita itu.
“Maaf Mba tak sengaja”
Kedua mata beradu. Melihat name tag, Faris iseng memperkenalkan diri.
“Kenalkan aku Faris, Kamu ngambil bahasa Inggris juga kan? Boleh kenalan?” Diulurkan tangannya.
“Kayla,” jawabnya lembut.
Kemudian mereka masuk beriringan, duduk bersebelahan. Waktu berjalan, mereka semakin akrab, apalagi ternyata mereka kemudian menempati kelas yang sama 1 B.
Mereka terlibat diskusi intern. Baik pelajaran maupun non-pelajaran. Saling membantu mengerjakan tugas. Sikap Kayla yang terbuka membuat Faris senang.
“Aku sudah punya tunangan, ia sekolah di AKABRI Magelang,” ucapnya suatu hari.
Dia juga menceritakan keluarganya, bahwa ia anak bungsu dua bersaudara, ingin menikah dengan seorang yang sukses, ingin membanggakan orang tua, tanpa sungkan menceritakan hobi, mafa, mifa, bahkan kriteria cowok idaman.
“Ganteng, smart, periang, sholeh juga”.

Faris sendiri heran kenapa ia begitu cepat akrab dengan Kayla padalah ia biasanya cukup sulit bergaul, tapi dengan Kayla ia merasa nyaman bahkan tenang bersamanya. Ketika ditanya Kayla juga merasakan hal yang sama sejuknya.
Suatu malam setelah mengerjakan tugas, Faris  mengajaknya minum teh di  sebuah kafe, Kayla menurut saja. Pembicaraan awal masih tentang kuliah, tapi kemudian menjurus pada satu titik; ungkapan hati.
“Kayla….”, ucapnya lembut, diraihnya tangan Kayla kemudian dipegang erat, Kayla tak menolak,” mata mereka beradu.
“Ingin kuungkap rasa ini, dua setengah bulan kita bersama, aku merasa aku semakin nyaman bersamamu, aku yakin ini bukan perasaan biasa, ingin aku katakan ini bahwa……..aku cinta kamu, demi bintang yang gemerlap. Demi bulan yang menerangi, ingin ku jewantahkan  rasa ini. Aku sayang kamu,” ungkapnya gombal.
Kayla menarik tangannya dari genggaman Faris, ia menunduk.
“La…aku tak memaksamu, aku hanya ingin mengungkap rasa bergejolak ini, sungguh aku tak mengharap kau menerimaku, sungguh.”
.
Kayla mengangkat wajahnya.
“Ris, jujur sebenarnya aku merasakan hal yang sama, tapi… Kau tahu sendiri aku sudah punya tunangan? Tak mungkin aku memutuskannya!?”
“Ya, aku tahu. Karena itu aku tak memaksamu.” Diraihnya kembali tangan Kayla.
         Tiba-tiba Kayla ingat tunangannya, ingat akan janji setia yang diikrarkannya. Dilepasnya tangan Faris, Faris terbelalak. Kayla lari.
“Kayla…Kayla…”, kejarnya.
***
Hari berikutnya Kayla absen kuliah. Hp nonaktif, Faris gelisah. Ia Menemuinya ke  kosan, sulit! Dia sedang mengurung diri.
***
Sore ini,
Kayla masih meringkuk diatas kasur, sudah dua hari ia mengurung diri. Teman-teman kost mengkhawatirkan kesehatannya. Ia jarang makan.  Tok…tok….terdengar seorang mengetuk pintu “Siapa?” tanya Kayla.
“Syifa La, buka dong”
Kayla beringsut membuka pintu.
“Ada apa Fa?
“Itu Rahman Ketua Taingkatmu mau berbicara katanya penting.”
“Penting? Soal apa? Kuliahan?”
“Ga tau.. Iya kali , lo kan udah beberapa kali gak masuk.”
Kayla keheranan jarang-jarang KT nya itu menghubunginya, kalaupun menghubungi pasti ada yang penting, begitu pikir Kayla.
“Ya udah suruh tunggu aku mandi dulu”.
“Nah gitu dong”.
Sepuluh menit kemudian Kayla datang.
“Maaf mas menunggu, ada apa yah?”
             Rahman kemudian menjelaskan bahwa kedatangannya atas permintaan Faris.
Sontak Kayla geram.
“Lho, Mas  ke sini saya kira mau apa?”
“Maaf La aku hanya ingin bantu Faris, dia sering curhat padaku. Ia tampak frusttasi memikirkan kamu!”
Kayla hanya diam, ternyata Faris masih memikirkannya.
“la.... Faris  mau minta maaf sama kamu atas kejadian malam itu, terus dia juga  meminta agar kamu tak menceritakan kejadian itu pada tunanganmu, anggap saja itu kecelakaan.”
“Mas Raahman, kesalahan Faris telah aku maafkan, tapi tentang  kejadian malam itu, aku harus jujur mas aku pantang berbohong.”
“Baiklah, begini saja menurut Mas, kalau kamu memang gak bisa bohong, katakan saja yang sebenarnya, tapi kamu mesti siap menanggung konsekunsinya”.
“Baik mas, saya akan jujur pada tunangan saya ketika ia pulang akhir bulan nanti”.
***
Setelah itu Kayla kuliah seperti biasa, Faris bahagia, tapi ia tak bisa lagi dekat dengannya berbicarapun tidak, ketika ia mendekat, Kayla menghindar, ditelepon ia tak pernah mengangkat.
Sampai suatu hari di ujung November Kayla meneleponnya.
“Halo assalamu’alaikm Kayla…”
“Waalaikum salam”
“Kau marah padaku ya?”
“Engga aku udah maafin kamu, cuma ingin menyendiri saja”.
“Eh….”
“Oya Riz, aku sudah jujur pada mas Seto, ia marah besar, tapi syukurlah ia tak minta putus, ia hanya memintaku untuk menjauhimu dan aku berjanji untuk itu”.
“Maksudmu?”
“Ya… kita tak boleh berhubungan lagi, nomor ini akan aku ganti, terus semester depan aku akan pindah ke kelas C”
“E…h…”, gumam Fariz.
“Apa kita tidak bersahabat, aku ingin silaturahmi kita tak putus,” lanjutnya.
“Haah…sepertinya tak bisa Ris, bukan hanya karena aku telah janji sama Mas Seto, tapi juga karena aku takut akan ada benih cinta baru kalau kita masih berhubungan, walau hanya bersahabat”
“He…h?1” Faris mengeluh
“Sudah dulu ya, aku minta maaf atas kejadian ini, ”Wassalamualakum”
“Wa’alaikum salam”
“Kayla…!!.”pekik Faris.
Sayang HP sudah ditutup.
***

Itu adalah pembicaraan terakhir Faris dengan Kayla. Setelah itu mereka lost contact.
Hingga tiba waktu wisuda mereka tak pernah bertegur sapa.
***
Setahun setelah wisuda Faris merantau keluar kota. Di sebuah pagi yang cerah tukang pos datang mengantarkan surat undangan, undangan pernikaran  tepatnya.
 Dibukanya surat beramplop putih itu, di dalamnya sebuah undangan berwarna biru cantik. Nampak di sampul depan sebuh poto wanita  yang sanagt dikenalnya “Menikah Seto Mulya Abadi dengan Kayla Nurjannah, S.Pd.,” begitu tulisan yang tertera di bawahya, tulisan  yang menyayat hati.
Tapi bagaimanapun Faris bertekad dalam hati untuk hadir, mengucapkan selamat, menghaturkan doa pada mereka, menyakitkan sekali sebenarnya.
***
Di pelaminan sepasang  pengantin duduk mesra, Seto dan Kayla.
 “Andai aku yang menjadi mempelai pria,” gumam Faris.
“Akh sudahlah, takdir tak mempertemukanku dengannya”.
Tiba saat bersalaman, Faris ikut menyalami, Seto tampak keheranan,
 “Ini siapa ya, kayaknya belum kenal?”.
“Nur Hadi, teman Kayla kuliah dulu,”jawabnya, ia tak bohong karena memang Nur Hadi adalah nama panjangnya, lengkapnya Faris Nur Hadi.
“Oh maaf ya, baru kenal sekarang.”
“Oh ga papa, barokallahufik,” ucapnya.
Diamini Seto, mereka  berpelukan. Selanjutnya Kayla, Faris gemetar, ditelungkupkan tangan.
“Selamat ya sobat, barokallahu fik.”
“Amin,” jawabnya lirih
Faris segera pulang, tak ingin membuat hati semakin terluka.
***
Pantai Pangandaran begitu indah di pagi hari, Faris duduk dibangku pinggir pantai, ditatapnya laut “Subhanallah” ia bergumam, dilantunkan puisi:
Ritme ini seolah tak pernah berubah gemuruh
Menggulung, menabrak
Bahkan kadang meluluhlantak
Gelombangnya seolah  menasbihkan kekuasaan
Hentakannya seolah menunjukkan kekuatan
Sejenak ia diam.
Namun detik kemudian kembali menghempaskan
 laut gemuruh…....[1]

Dihirupnya udara dalam-dalam, mentari meninggi, matanya menangkap dua orang yang begitu ia kenal, Seto dan Kayla. Perut Kayla nampak membesar, hamil.
Ingin Faris menemui mereka, tapi…. “Akh, tak usahlah, takut mengganggu mereka. Biarlah aku disini sepi, sendiri.Aku tak boleh menggangu hidup mereka. Lagi pula toh suatu saat nanti aku juga akan merasakannya,” gumannya  dalam hati.
. Kembali ia melantunkan puisi.
Pada seriosa hati
Kutancapkan mimpi
Dalam seluloid-seluloid mimpi
Kuteguhkan asa mewangi
Rebas-tebas dan menangi
Raih, peluk, cinta sejati[2]

Arrahmaniyyah, a 011109: 09.25
Based on true story, teruntuk fadhil dan wahyuni.



[1] Puisi “laut gemuruh”, pangandaran 201009
[2] “mimpi-mimpi” pantai pangandaran 201009

Demikianlah Contoh Cerpen Remaja Romantis : Jalan Cinta Kita 

Info CPNS PPPK 2019 & Pelajaran Bahasa Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...