31.12.09

Makalah Hakikat Manusia dan Pengembangannya






Makalah Hakikat Manusia dan Pengembangannya


HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA


MAKALAH


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MENGIKUTI ULANGAN TENGAH SEMESTER


Oleh,

RAMDANI KENDARSYAH
PRITO WINDIARTO
HENDRA NURDIANA
1 F


UNIVERSITAS GALUH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Jalan R.E. MARTADINATA No. 150 CIAMIS Telp.(0265)776787

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah dan sanjungan hanya berhak kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluluh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis menguncapan terima kasih kepada:
1. Bapak Kusnandi, Drs, M.M, M.Pd. selaku Dosen Mata Kulaih Pengantar Pendidikan yang telah memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini;
2. Kedua orang tua kami, serta semua pihak yang telah memberikaan semangat, ide dan bantuannya sehingga penulis dapat menylesaikan Makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan pada umumnya.


Ciamis, November 2009

Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.4 Sistematika Pembahasan 1

BAB 2 PEMBAHASAN 3
2.1 Sipat Hakikat Manusia 3
2.2 Dimensi-dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi,
Keunikan dan Dinamikanya 4
2.3 Pemngembangan Dimensi Hakikat Manusia 7
2.4 Sosok Manusia Seutuhnya 9

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sasaran pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang secara prinsipiil bereda dari hewan.
Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.
Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik.

1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud sifat hakikat manusia?
2) Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
3) Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
4) Bagainakah gambaran sosok manusisa seutuhnya?


1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan.
2) Untuk mengenal lenih dalam tentang sifat hakikat manusia
3) Untuk memhami dimensi-dimensi hakikat manusia
4) Untuk memahami bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia
5) Untuk mengenal sosok manusia seutuhnya

1.4 Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penyusunan makalah ini kami membaginya menjadi 3 (tiga) bab.
 Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, sistematika pembahasan.
 Bab kedua berisi pembahasan yang terdiri dari:
1) Sifat Hakikat Manusia
2) Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
3) Pengembangan Dimensi -Dimensi Hakikat Manusia
4) Sosok Manusia Seutuhnya
 Bab ketiga merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh uraian dalam makalah ini,



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sifat Hakikat Manusia
2.1.1 Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil membedakan manusia dari hewan.

2.1.2 Wujud Sifat Hakikat Manusia
1. Kemampuan Menyadari Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.

2. Kemampuan Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”

3. Kata Hati (Consecience Of Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.

4. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)

5. Tanggung Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.

7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaiti : ussaha, norma-norma, dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.

2.2 Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
2.2.1 Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.

2.2.2 Dimensi Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis

2.2.3 Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.

2.2.4 Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
2.3 Pengembangan Dimensi -Dimensi Hakikat Manusia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia, artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.
Meskipun pada dasarnya pendidikasn itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
1. Pengembangan Yang Utuh,
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.
 Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,. Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
 Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikatb manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaaqn terpadu terhadap dimensi hakikat manusi sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yaqng bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakn ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.


2. Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.

2.4 Sosok Manusia Seutuhnya

Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah.se4lanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama, dan hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.



Daftar Pustaka


Tirtaharja, Umar dan La Sula, 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

www.wildaznov11.blogspot.com./ilmu pendidikan Diunggah Februari 2009. Diunduh Nopember 2009

www.karindangan.wordpress.com . Diunggah oleh Karindangan, 6 September 2009. Diunduh 12 Nopember 2009

www.agusprasetyo.blogspot.com. Diunggah oleh Agus Prasetyo S.Pd dan Dwi Sari Harumningtyas. Diunduh 12 nopember 2009

www.freenotforsale.blogspot.com. Diunggah Oktober 2009. Diunduh 12 Nopember 2009

www.lintasdisiplin.blogspot.com./studi Islam.Diunggah 22 April 2009. Diunduh 12 Nopember 2009

Demikianlah Makalah Hakikat Manusia dan Pengembangannya

Tidak ada komentar:

Info CPNS PPPK 2019 & Pelajaran Bahasa Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...