4.3.11

KONTRAS

prito windiarto

Kawan….. bukankah kita sering mendengar istilah kesan pertama begitu menggoda ?
Nah istilah itulah mungkin yang cocok untuk menggambarkan apa yang dirasakan para pengendara jalur selatan jawa dari arah Jawa Tengah ketika memasuki wilayah Jawa Barat.
Selepas jembatan sungai Cijolang (perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah) pengendara akan disuguhi jalanan yang lebar, mulus dan rapi.
Memasuki wilayah Kota Banjar jalan semakin lebar dengan trotoar dan pembatas jalan yang tertata rapi (walau memang belum semua, masih dalam proses pengerjaan)
Dan mungkin sebaliknya ……kesan pertama begitu….. menyesakan begitu pengendara arah sebaliknya menuju arah jawa tengah.
Selain berkelok, jalannya pun berlubang disana-sini, longsor di beberapa titik, belum lagi pembatas jalan yang terkesan seadanya.
Kawan…. Aku tidak bermaksud membandingkan kedua propinsi tersebut, tidak. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang para pengendara (termasuk aku) rasakan.
Perasaan malu, marah, kecewa atau….. entahlah.
Yang pasti setiap perjalanan, berangkat ataupun pulang kuliah dari rumah di Dayeuhluhur, Cilacap menuju Ciamis aku merasakan ke-kontrasan yang menyesakan itu. Kekontrasan yang juga dirasakan banyak teman kampusku yang juga berasal dari jawa tengah.
Dan yang lebih menyesakan, akibat kekontrasan itu adalah ketika teman-temanku mulai membanding-bandingkan kedua provinsi bertetangga tersebut.
“wah keren em Jawa Barat mah, lagi giat-giatnya membangun, lha Jawa Tengah kapan?”
“asyik tuh pemerintah Jawa Barat, perhatian banget ”

Dan masih banyak kalimat lainnya, intinya memuji satu pihak dan merendahkan pihak lainnya.
Oya kawan ada kejadian lucu yang ingin kuceritakan. Suatu hari aku pulang naik angkot dari Banjar. Angkot yang aku tumpangi berjalan sedikit tersendat, ketika ditanya sang supir menjawab bahwa ban luar mobilnya mengalami sedikit masalah -menonjol-tidak bulat sempurna, sembari berkelakar ia meyakinkan para penumpang bahwa itu bukanlah masalah serius “Tenang Pak, Bu, nanti juga tak terasa, bisa terasa begini karena jalannya mulus, nanti selepas perbatasan akan normal lagi (karena jalannya yang memang tidak mulus-red)”. Dan benar saja selepas perbatasan “gangguan” itu tak terasa lagi.
yang paling memiriskan dari rusaknya jalan adalah sering terjadinya kecelakaan, lebih dari sekali aku melihat orang terjatuh dari motor ketika tanpa sengaja melindas jalan yang berlubang cukup dalam, bahkan pernah ada mobil box yang terguling. Sungguh ironis, ketika pemerintah mewajibkan pengendara motor menggunakan helm ber-SNI (standar nasional indonesia) sementara jalannya sendiri masih jauh dari kategori layak (tidak ber-SNI –red)
Aku tegaskan kawan, bahwa tulisan ini tidak bermaksud menyalahkan siapapun. Aku hanya bermaksud mendorong agar pemerintah propinsi jawa tengah, Dinas Pekerjaan Umum khusunya serius dalam dapat menindaklanjuti masalah ini, masalah yang sangat urgen.
Dinas Pekerjaan umum semestinya bersikap cepat melakukan perbaikan jalan, perbaikan yang menyeluruh, mulai dari pelebaran jalan, pengaspalan yang optimal, pembuatan trotoar dan pembatas jalan, tak kalah penting adalah pembangunan tembok penyangga longsor. Tidak sekedar perbaikan seadanya berupa penambalan jalan berlubang, yang selama ini sering dilakukan.
Bukankah dengan terwujudnya jalan yang benar-benar layak juga akan menguntungkan pemerintah? Lancarnya arus distribusi, perdagangan , bahkan juga pariwisata. Dan yang tak kalah penting adalah citra dan kesan pertama.
Citra sebagai provinsi yang begitu memperhatikan rakyatnya, provinsi yang welcome pada investasi.
Terakhir tentu saja supaya kesan pertama begitu menggoda terpatri pada setiap pengendara ( jalur selatan jawa khususnya) yang memasuki wilayah jawa tengah.
Setuju kawan?....

*mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini.
Alhamdulillah
Arrahmaniyah, Ciamis 14150510

Tidak ada komentar:

Info CPNS PPPK 2019 & Pelajaran Bahasa Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...