Esai Pendidikan : Tragedi Yuyun
dan Tantangan Dunia Pendidikan Masa Kini
Yuyun.
Nama nan sederhana itu sempat
menjadi perbincangan di mana-mana. Menjadi bahan diskusi pelbagai kalangan.
Sayang, keterkenalannya adalah tebusan atas tragedi yang menimpanya. Gadis
empat belas tahun itu meregang nyawa selepas dilucuti kehormatannya secara
biadab. Empat belas lelaki (remaja) yang begitu kejinya.
Nahasnya keempatbelas lelaki itu
sebagian besar masih remaja. Fakta menggiriskan sekaligus mengkhawatirkan.
Sebuah kenyataan yang kian menyadarkan kita, bahwa, hari ini kita memasuki masa
darurat. Sebuah zaman yang dikatakan sebagian orang sebagai zaman edan.
Keedanan perilaku anak zaman ini
memang dipengaruhi banyak faktor. Era digital, dengan kemudahan akses internet
menjadi aspek dominan. Belum lagi pergaulan yang tidak keruan. Ditambah
perhatian dan pengawasan orang tua yang kurang.
Aspek berikutnya yang tak kalah
penting: pendidikan (sekolah). Memang benar akumulasi berbagai aspeklah yang
membentuk diri seseorang, baik keluarga, lingkungan pergaulan, masyarakat umum,
dll. Meski begitu aspek pendidikan (sekolah) memegang peranan yang tiada bisa
dipandang sebelah mata.
Tragedi Yuyun, pun nyatanya menampar
wajah pendidikan kita hari ini? Bukankah Yuyun adalah pelajar? Pun sebagian
besar pelaku? Mengapakah pribadi yang ‘bergelar’ pelajar melakukan tindakan
yang sedemikian menjijikan seperti itu?
Inilah tantangan dunia pendidikan
(sekolah) hari ini. Ujian yang tidak bisa dibilang mudah. Kita berbaik sangka
saja, ibu dan bapak guru tempat sekolah para pelaku sudah berusaha mendidik
mereka dengan baik.
Walau begitu, ‘baik’ saja nyatanya
belum cukup. Perlu kontrol yang mantap, berkesinambungan, dan menyeluruh.
Sesuatu yang tidak gampang memang. Hal yang selazimnya diperhatikan adalah;
1.
Pergaulan
Siswa selazimnya dipantau pergaulan kesehariannya di sekolah dan
terutama di luar sekolah. Kenakalan remaja, umumnya, dikenalkan lewat dunia
luar (sekolah) lewat pergaulan. Banyak siswa yang sikapnya berubah menjadi buruk
setelah bergaul dengan preman dan bandit misal.
2.
Penggunakan
internet
Kini setiap orang dengan mudah mengakses dunia maya. Di dunia maya
inilah informasi (bacaan/ tontonan) bisa diakses. Baik yang positif maupun
negatif. Tugas guru mengontrol atau minimal memeriksa akses internet siswa.
Misal dengan memeriksa HP mereka. Kabarnya beberapa pelaku kekejian Yuyun
merupakan pencandu tontonan yang kurang pantas (baca p*r*o).
3.
Minuman
keras / narkoba
Konon, keempatbelas lelaki (remaja) itu ketika melakukan perbuatan
itu sedang dalam keadaan mabuk. Memang saat seseorang mabuk ‘akal sehat’nya
seolah tercerabut. Hal haram lain akan diterabasnya. Sekolah perlu melakukan
pemeriksaan urine rutin dan atau sebagainya. Supaya ketahuan adakah siswa yang pencandu narkoba / miras atau
tidak.
Demikianlah beberapa aspek yang perlu diperhatikan para pendidik.
Tentu saja keberhasilan pencegahan kekejian itu agar maksimal harus didukung
berbagai pihak, mulai dari keluarga hingga negara.
Kisah gadis malang nan bersahaja itu semoga semakin menyadarkan
banyak pihak, termasuk kita (di dunia pendidikan). Betapa tantangan zaman semakin
mengerikan. Semoga kita bisa mengambil pelajaran. Aamiin. Semoga.
Wallahu a’lam bishowab.
Prito Windiarto adalah pengajar di
Ganesha Operation Banjar. Pengampu www.pelajaranbahasaindonesia. com. Penulis buku Menjadi Remaja Berjuta Pesona. Demikianlah
Esai Pendidikan : Tragedi Yuyun
dan Tantangan Dunia Pendidikan Masa Kini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar