Tempe-pun Terasa Istimewa
Prito Windiarto
Ketika puasa, senja begitu dinanti. Waktu menjelang magrib sangat ditunggu. Begitu halnya bagi kami santriwan Darul Huda. Sejak pukul 17.20 kami duduk bersaf di masjid melafal ayat suci, takzim. Mengisi waktu berkah itu dengan dzikir-dzikir illahi.
Sepuluh menit menjelang kumandang adzan formasi duduk bersaf diubah menjadi duduk berbanjar dua orang berhadapan. Ketika formasi sudah rapi seorang santri tingkat akhir naik mimbar menyampaikan kultum dengan semangat, hingga detik adzan menjelang. Saat kultum itulah sebuah ember besar berisi bungkusan-bungkusan takjil datang. Takjil yang disajikan berganti setiap hari, kadang kolak, cendol, jus tomat, teh atau paling banter air gula.
Pengisi kultum turun mimbar, kami sumringah memegang bungkusan takjil masing-masing. Lapar dan dahaga seharian segera berakhir. Alhamdulillah. Benarlah hadits Rasulullah SAW : "Ada dua kegembiraan bagi seseorang yang berpuasa: kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya di akhirat" (H.R. Bukhari-Muslim)
Kegembiraan itu nyata adanya. Betapa tidak seharian tadi para kami melakukan aktivitas yang menyedot energi. Tidak seperti di sekolah umum yang "hanya" mengadakan pesantren kilat, di pondok ini saat ramadhan diisi dengan ujian tengah semester (imtihan). Hoho! Di tengah dahaga kami dituntut memeras otak menjawan soal-soal ujian. Karenanya wajar jika berbuka terasa istimewa.
Allahu Akbar Allahu Akbar! Azan bergema. Doa berbuka dilantunkan bersama. Dalam hitungan detik takjil tandas. Tak lama berselang iqomat dikumandangkan, shalat magrib terasa menentramkan. Selepas shalat sunnat ba'diyah kami berhamburan keluar masjid, bergegas saling mendahului. Pemandangan yang unik, dua ratusan santri berjalan tergesa menuju dapur umum dengan menenteng piring masing-masing. Siapa cepat sampai akan cepat dilayanni. Antrean panjang tak bisa dihindarkan karena hanya ada satu loker pembagian nasi. Bayangkan, di tengah perut keroncongan kami harus bersabar menunggu giliran mendapat jatah makan. Santap berbuka digelar di dapur dengan menu seadanya. Bagaimanapun kami begitu menikmatinya.
Hem... itulah keseharian berbuka di pondokku. Ada juga sih momen-momen spesial, seperti buka bersama antar konsulat. Atau yang paling spesial dan selalu dinanti setiap tahun, buka bersama warga pondok dan masyarakat sekitar. Biasanya buka bersama masyarakat itu diadakan tanggal 20 Ramadhan. Yang membuat momen itu terasa istimewa selain sebagai ajang silaturahim dengan masyarakat juga karena menu yang dihidangkan lumayan mewah untuk ukuran kami. Paling tidak ada variasi bukan sekedar tahu, tempe atau sayur yang selama ini sering dihidangkan.
Sejatinya, setelah aku tafakuri, yang membuat kenikmatan buka puasa di pondok terasa lebih adalah karena adanya kebersamaan dan persaudaraan. Hal itulah yang membuat hidangan tempe pun terasa istimewa.
***
Spesial untuk Bibi-Bibi Dapur Darul Huda
Kangen menyantap takjil dan lauk buatan kalian.
Army, 22.07.11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar