Menjadi Pahlawan
Prito Windiarto*
10
November. Tanggal itu identik dengan tema kepahlawanan. Berawal dari sejarah
perjuangan nan heroik Arek-arek Surabaya mengusir pasukan penjajah. Pengorbanan tanpa lelah. Untuk mengenangnya
bangsa ini menjadikan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Bangsa yang besar, seperti kata Presiden Soekarno, adalah bangsa yang
menghargai jasa pahlawannya. Karena itu tak salah kiranya, hampir setiap tahun
Presiden Republik Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada putra
bangsa terpilih.
Orang-orang
yang disemati gelar pahlawan nasional tentu saja bukan individu biasa. Mereka
adalah pribadi yang gigih berjuang, rela berkorban baik harta, tenaga sampai nyawa demi kemajuan bangsa ini.
Pertanyaannya,
apakah orang biasa seperti kita juga bisa menjadi pahlawan? Bisa! Walau, tentu
saja untuk menjadi pahlawan skala nasional mungkin akan sedikit kesulitan. Tapi
paling tidak kita bisa menjadi pahlawan bagi sekitar. Kalau kita selisik,
pengertian pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang
yang gagah berani. Dalam pengertian lain ada yang menyebut pahlawan sebagai
orang yang rela berkorban, mengalahkan egonya sendiri demi kepentingan orang
banyak.
Jika
dilihat dari pengertian itu kita mafhum sifat dasar pahlawan adalah berani,
rela berkorban, daya juang, gagah, tidak egois. Yang kesemuanya dibungkus demi
membela kebenaran, demi kepentingan orang banyak. Kalaulah sifat itu melekat
pada seseorang maka ia amat layak dianugerahi gelar pahlawan.
Seorang
petugas kebersihan yang gigih setiap hari membersihkan jalanan kota, memunguti
sampah berserak. Bersemangat memangkas rumput, sembari berkampanye pentingnya
menjaga kebersihan dengan menegur orang yang membuang sampah sembarangan, amat
layak disebut pahlawan. Pahlawan kebersihan! Seorang guru honorer yang penuh dedikasi mengabdi,
mendidik sepenuh hati. Berani menentang kebijakan keuangan sekolah yang
memberatkan orang tua siswa, amat layak dinamakan pahlawan. Pahlawan
pendidikan!
Ah
setiap diri kita, sejatinya amat berpotensi menjadi pahlawan. Pahlawan di
bidang kita masing-masing, pahlawan pertanian, keamanan, sosial, politik, dan
lain sebagainya. Dasar utamanya adalah melekatnya sifat kepahlawanan pada diri
yang teraplikasi dalam kehidupan nyata. Maka, kita tekadkan diri, mulai detik
ini, menjadi pahlawan… Bismillah!
Wallahu
A’lam Bishowab
**Prito
Windiarto, Guru SMP Muhammadiyah 1 Dayeuhluhur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar